Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pos Ronda dan Nostalgia yang Hilang: Mengapa Siskamling Perlu Dihidupkan Lagi?

10 September 2025   10:46 Diperbarui: 10 September 2025   10:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Bupati Lampung Tengah, Pak Mustafa saat menyambangi petugas ronda malam. (Sumber: Suara Lampung/2016)

Siapa yang tidak kenal dengan istilah pos ronda atau siskamling? Bagi generasi 90-an ke atas, dua kata ini seperti kunci pembuka kenangan masa lalu. Suatu masa di mana pos ronda tidak hanya menjadi tempat bapak-bapak berjaga, tetapi juga menjadi ruang interaksi sosial yang hangat.

Tempat di mana canda tawa, cerita horor, dan aroma kopi saset berbaur menjadi satu. Sebuah tradisi yang kini seolah tergerus zaman, digantikan oleh kehadiran satpam dan iuran bulanan yang minim interaksi.

Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kini kembali menggaungkan wacana untuk mengoptimalkan peran Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) dalam mendukung Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) dan mengaktifkan kembali pos ronda.

Wacana ini tentu saja disambut baik oleh banyak pihak, terutama mereka yang rindu dengan suasana kebersamaan di pos ronda. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah wacana ini bisa direalisasikan? Mengingat di banyak tempat, jangankan menghidupkan kembali pos ronda, wujud fisiknya saja sudah lama hilang ditelan waktu.

Pos Ronda, Lebih dari Sekadar Bangunan

Dulu, pos ronda adalah pusat kegiatan warga. Tidak hanya menjadi tempat untuk memastikan keamanan lingkungan, tetapi juga menjadi tempat bersosialisasi. Bayangkan saja, di tengah malam yang sunyi, pos ronda menjadi satu-satunya tempat yang ramai. Para bapak-bapak dengan sarung dan jaket tebalnya berkumpul, sesekali menguap, namun tetap semangat.

Ada yang membawa gitar untuk mengusir kantuk, ada yang membawa kartu remi untuk bermain, dan tentu saja, ada yang bertugas membuat kopi. Aroma kopi saset yang diseduh dengan air panas mengepul, berpadu dengan asap rokok kretek, menciptakan suasana hangat di tengah dinginnya malam.

Di sanalah, cerita-cerita lucu muncul. Ada yang bercerita tentang pengalamannya dikejar anjing tetangga, ada yang mengisahkan kejadian mistis yang dialaminya, atau sekadar bergosip santai tentang hal-hal sepele.

Di pos ronda juga, ikatan sosial terjalin. Warga yang mungkin sehari-hari sibuk dengan urusannya masing-masing, bisa bertemu dan berbincang santai. Pos ronda menjadi jembatan yang menghubungkan antar-warga, membuat mereka merasa sebagai satu keluarga besar. Inilah nilai yang perlahan-lahan hilang dari kehidupan kita sekarang.

Pengalaman Ronda yang Tak Terlupakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun