Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Google Doodle Hari Ini: Ketika Pacu Jalur Mendayung Semangat Kemerdekaan

17 Agustus 2025   11:46 Diperbarui: 17 Agustus 2025   18:55 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Google Doodle hari ini rayakan HUT ke-80 RI.(Google doodle)

Usai menyaksikan upacara detik-detik proklamasi di layar televisi, saya berselancar lewat layar gadget. Betapa kagetnya saya ketika membuka laman google, ketika disambut oleh sebuah doodle yang sangat menarik dan membuat saya takjub.

Mata saya terbelalak dan langsung tertuju pada sebuah perahu panjang yang diisi oleh sekelompok orang dari berbagai latar belakang, mereka mendayung dengan senyum dan semangat yang menular. 

Biasanya saya hanya lalu-lalang saja di laman google, tanpa peduli gambar apa dan karya siapa. Namun tidak untuk pagi ini, jari-jemari saya tidak bisa diam dan langsung berselancar mencari tahu tangan siapa yang begitu terampil mendesainnya sedemikian rupa.

Doodle ini mengangkat tradisi Pacu Jalur yang melegenda dari Kuantan Singingi, Riau. Bukan hanya sekadar gambar, ia asalah sebuah narasi visual yang kaya akan makna. Sebagaimana informasi yang saya dapatkan dari laman Kompas, desain ini dirancang dengan apik oleh seniman asal Bandung, Wastana Haikal. Ia berhasil menangkap esensi dari Pacu Jalur, sebuah lomba perahu dayung tradisional yang jauh lebih dalam dari sekadar adu cepat.

Pacu Jalur adalah simbol persatuan, gotong royong, dan kekompakan. Setiap pendayung di perahu itu, dari ujung depan sampai belakang, harus bergerak dalam satu irama. Jika ada satu saja yang tidak sinkron, laju perahu akan melambat dan bahkan bisa oleng. 

Sama halnya Indonesia, kita semua adalah awak perahu yang sama, yang harus mendayung ke arah yang sama demi satu tujuan: kemajuan bangsa.

Yang paling membuat saya terkesan adalah bagaimana Wastana Haikal menggambarkan keberagaman kita di dalam satu perahu. Masing-masing pendayung memakai pakaian adat yang berbeda-beda, seolah mewakili setiap sudut Nusantara.

Ada yang dari Papua, Kalimantan, Jawa, dan masih banyak lagi. Keberagaman ini, yang sering kali dianggap sebagai potensi perpecahan, justru menjadi kekuatan utama kita. 

Di perahu ini, perbedaan itu tidak lantas membuat mereka terpisah. Justru, mereka saling melengkapi, menciptakan sebuah harmoni yang luar biasa. Pakaian-pakaian yang penuh detail itu adalah representasi dari kekayaan budaya kita. Ia mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya, bukan hanya dari sumber daya alamnya, tapi juga dari manusianya.

Setiap wajah di doodle itu memancarkan aura positif yang begitu kuat. Senyum tulus yang seolah-olah mereka benar-benar menikmati setiap ayunan dayung. Ada yang terlihat bersemangat, ada yang tersenyum penuh keceriaan, ada pula yang terlihat fokus. Ini adalah gambaran dari semangat gotong royong yang sesungguhnya.

Gotong royong bukan sekadar membantu, tapi juga melakukan sesuatu dengan hati yang gembira. Ia bukan paksaan, melainkan kesadaran kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Mereka mendayung bukan hanya untuk menang, tapi juga untuk merayakan kebersamaan itu sendiri.

Kemudian, ada detail yang membuat saya semakin kagum. Di ujung depan perahu, ada satu kaRakter yang terlihat sedang menari sambil mengayunkan ranting daun.

Dalam tradisi Pacu Jalur, sosok ini adalah tukang tari, atau sering disebut juga 'tukang cau'. Tugasnya sangat krusial, yaitu memberikan aba-aba, membakar semangat para pendayung, dan menjadi semacam "dirigen" yang mengatur irama dayung. Ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap perjuangan, akan selalu ada sosok-sosok yang bertugas untuk memberikan motivasi dan mengarahkan kita. Mereka adalah penggerak, mereka adalah penyemangat.

Doodle ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya kolaborasi antar-generasi. Di dalamnya, ada sosok muda dan mungkin juga yang lebih tua. Mereka berbaur, saling melengkapi. Generasi muda membawa semangat dan energi, sementara yang lebih tua membawa kearifan dan pengalaman.

Ini adalah resep ideal untuk kemajuan. Kita harus mau belajar dari yang lebih berpengalaman, dan kita juga harus mau merangkul energi baru dari generasi muda. Kolaborasi inilah yang akan membuat perahu Indonesia melaju lebih kencang.

Lantas, apa makna ombak yang mengiringi perahu di doodle itu? Menurut pandangan saya, ombak sering kali diartikan sebagai tantangan atau kesulitan. Namun di doodle ini, ombaknya terlihat dinamis dan berwarna. Ia tidak terlihat menakutkan, melainkan seolah menyatu dengan perahu.

Mungkin, ini menyiratkan bahwa tantangan adalah bagian dari perjalanan. Kita tidak bisa menghindarinya. Yang bisa kita lakukan adalah menghadapinya dan mengubahnya menjadi bagian dari cerita kita. Setiap ombak yang kita lewati, membuat kita semakin kuat dan semakin tangguh.

Doodle Pacu Jalur ini adalah sebuah pengingat. Bahwa kemerdekaan bukanlah hal yang didapatkan dengan mudah. Ia adalah hasil dari perjuangan, tetes darah dan air mata para pahlawan bangsa. Maka, tugas kita adalah mengisi kemerdekaan itu dengan hal yang positif, dengan persatuan, dan semangat gotong-royong.

Kita adalah pewaris dari semangat perjuangan para pendahulu kita. Maka, perahu bernama "Indonesia" ini harus kita jaga dan rawat sebagaimana semngat Pacu Jalur yang terus lestari.

Doodle ini seakan memberi pesan pada kita tentang kebersamaan, gotong-royong, keberagaman, dan semangat pantang menyerah. Oleh karenanya, di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80 ini, mari kita sama-sama mendayung perahu Indonesia. Kita singsingkan lengan baju, satukan hati, dan terus melaju. Kita adalah satu, kita adalah Indonesia. Dirgahayu Republik Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun