Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Bandingkan Dirimu, Setiap Orang Punya Jalannya Sendiri

2 Agustus 2025   08:17 Diperbarui: 2 Agustus 2025   08:17 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu hal yang sering kali kita lakukan tanpa sadar: membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Apalagi di era media sosial seperti sekarang, di mana setiap hari kita disuguhi potret kesuksesan, kebahagiaan, dan pencapaian orang-orang yang — seolah-olah — selalu lebih dari kita.

Teman sebaya sudah punya rumah, ada yang tiap bulan liburan ke luar negeri, ada pula yang kariernya melesat seperti roket. Sementara kita, masih bergelut dengan hal-hal sederhana, kadang bingung arah, kadang ragu pada diri sendiri. Pernah merasakannya?

Rasa minder pun perlahan tumbuh. Kita merasa tertinggal. Merasa kurang. Dan tanpa sadar, kita mulai menaruh rasa iri pada apa yang orang lain miliki. Padahal, semua itu tidak pernah menjadi ukuran pasti kebahagiaan seseorang.

Dalam sebuah kajian virtual yang hangat dan menyentuh bersama KH. Ali Nurdin, MA - ada satu pesan penting yang pelan tapi menghunjam: jangan bandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Sebab setiap orang punya jalan yang berbeda, punya rezeki yang berbeda, punya ujian yang berbeda pula. Apa yang tampak indah di luar sana, belum tentu benar-benar membahagiakan di dalamnya.

Allah sendiri sudah mengingatkan kita dalam Surah Thaha ayat 131:

“Dan janganlah engkau tujukan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan di antara mereka sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”

Ayat ini menjadi penenang. Bahwa apa yang orang lain miliki, meski tampak menggiurkan, belum tentu lebih baik dari apa yang sudah Allah berikan kepada kita. Bahkan bisa jadi, semua yang mereka punya itu adalah bentuk ujian, bukan hadiah. Dan bisa jadi, apa yang kita punya — meski kecil dan sederhana — adalah karunia yang luar biasa jika kita mau melihatnya dengan rasa syukur.

Perasaan minder itu manusiawi. Tapi jangan biarkan ia menggerogoti diri. Lebih baik, jadikan itu sebagai pemicu untuk memperbaiki diri. Bukannya iri atau merasa rendah, tapi ubahlah rasa itu menjadi dorongan untuk berkembang. Bukan karena ingin lebih dari orang lain, tapi karena kita ingin menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Yang sering terlupa adalah: rasa syukur. Kita terlalu sibuk melihat ke atas, lupa bahwa apa yang ada di tangan kita hari ini adalah jawaban dari doa-doa kita di masa lalu. Kita ingin bahagia, tapi lupa bersyukur. Padahal syukur itulah pintu dari segala ketenangan dan kebahagiaan. Saat kita benar-benar ikhlas menerima apa yang kita punya, saat itulah hidup menjadi lebih ringan dijalani.

Banyak orang gelisah bukan karena kekurangan, tapi karena perbandingan. Padahal, rezeki setiap orang sudah ditakar dengan adil. Tidak ada yang tertukar. Apa yang menjadi milik kita tidak akan pergi ke orang lain. Dan apa yang bukan milik kita, sekuat apa pun kita kejar, tak akan jadi milik kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun