Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Di Meja Makan, Kita Kembali Menjadi Keluarga

1 Agustus 2025   22:20 Diperbarui: 1 Agustus 2025   22:20 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana hangat keluarga berkumpul di meja makan, berbagi cerita dan tawa sambil menikmati hidangan bersama. (Sumber: Freepik).

Pernah nggak, kamu tiba-tiba terdiam saat sedang makan sendirian, lalu teringat suasana makan bareng keluarga waktu kecil? Ada aroma masakan rumah yang khas, suara sendok beradu dengan piring, tawa yang bersahut-sahutan, dan obrolan yang ngalor-ngidul tanpa naskah.

Waktu itu, kita mungkin nggak sadar sedang menyimpan salah satu momen terpenting dalam hidup. Kita hanya makan. Tapi ternyata, jauh di balik itu, kita sedang menjadi keluarga.

Sekarang, ketika hidup semakin sibuk dan meja makan kadang lebih sering jadi tempat menaruh barang daripada tempat berkumpul, momen itu terasa seperti harta karun. Sederhana, tapi mahal. Kadang, kita nggak butuh liburan mewah atau acara khusus untuk kembali dekat sebagai keluarga. Cukup duduk bersama di meja makan - dan biarkan cerita, tawa, bahkan keheningan, mengembalikan kita pada rasa “rumah”.

Ada satu kebiasaan sederhana yang dulu rasanya biasa saja, tapi kini mulai terasa istimewa: makan bareng bersama keluarga. Dulu, waktu kecil, saya kira duduk bersama di meja makan hanyalah rutinitas keluarga yang otomatis terjadi. Ternyata, seiring bertambahnya usia dan semakin sibuknya masing-masing anggota keluarga, momen itu menjadi barang langka — bahkan kadang cuma tinggal kenangan.

Dulu, setiap sore atau malam, kami akan duduk mengelilingi lesehan di atas tikar sederhana. Nggak ada yang sibuk dengan ponsel (ya jelas, zaman itu belum ada ponsel pintar). Nggak ada yang buru-buru selesai lalu menghilang ke kamar. Semua duduk bersama, entah sedang lapar atau sekadar ikut nimbrung demi suasana. Aroma sayur bening buatan ibu, ayam goreng yang baru diangkat dari penggorengan, dan sambal terasi yang bikin keringat mengucur — semuanya menjadi bagian dari cerita.

Tapi yang paling berkesan bukanlah makanannya, melainkan obrolannya. Meja makan adalah panggung kecil tempat cerita-cerita keluarga dipentaskan. Kadang bapak bercerita tentang pengalamannya di kantor, lengkap dengan bumbu humor khasnya yang membuat kami terpingkal.

Kadang ibu mengeluh manja soal harga cabai yang naik, lalu tiba-tiba mengaitkannya dengan tips hemat ala beliau. Kadang giliran kami, anak-anak, yang cerita tentang kejadian lucu di sekolah, atau bahkan mengadu kalau ada teman yang usil.

Menariknya, di meja makan, semua cerita terasa punya tempat. Tidak ada yang merasa ceritanya tidak penting. Tidak ada yang dipotong mentah-mentah. Bahkan cerita receh pun bisa membuat seluruh meja larut dalam tawa. Di sinilah saya sadar bahwa meja makan bukan sekadar tempat makan, tapi juga ruang aman untuk berbagi.

Mungkin inilah sebabnya, setiap kali kami duduk bersama, suasananya seperti mengembalikan kami pada inti keluarga itu sendiri — hangat, terbuka, dan saling mendengar.

Kalau dipikir-pikir, banyak keputusan keluarga yang lahir dari meja makan. Mulai dari rencana liburan, siapa yang akan diajak, sampai pembagian tugas kalau rumah mau dibersihkan. Semua dibahas sambil mengunyah. Bahkan kalau ada masalah, meja makan menjadi tempat negosiasi. Mungkin karena suasananya santai, orang jadi lebih jujur dan terbuka. Dan tanpa disadari, di meja makan itulah kami belajar menyelesaikan masalah bersama, sebagai satu keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun