Sekarang, ketika saya sudah dewasa dan tinggal terpisah dari orang tua, momen makan bareng itu semakin terasa mahal. Kadang kalau pulang kampung, saya sengaja menunggu semua anggota keluarga kumpul sebelum makan. Biar sensasinya kembali seperti dulu: duduk melingkar, piring-piring berderet, sendok beradu dengan piring, sambil obrolan ngalor-ngidul mengalir tanpa skrip. Rasanya seperti perjalanan waktu yang membawa saya pulang, bukan hanya ke rumah, tapi ke perasaan menjadi bagian dari keluarga yang utuh.
Saya pernah membaca sebuah penelitian yang mengatakan bahwa makan bersama keluarga bisa meningkatkan rasa kebersamaan dan keterikatan emosional. Bahkan, anak-anak yang rutin makan bersama keluarganya cenderung lebih percaya diri dan punya hubungan yang lebih sehat dengan orang tuanya.
Saya percaya itu benar, karena saya sendiri merasakannya. Di meja makan, kita belajar mendengar, belajar mengalah, belajar tertawa bersama, dan belajar menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Tentu, zaman sudah berubah. Sekarang, banyak keluarga yang terjebak dalam kesibukan masing-masing. Ada yang pulang larut malam, ada yang lebih memilih makan sambil bekerja di depan laptop, atau makan sendirian sambil scrolling media sosial. Rasanya, meja makan pelan-pelan berubah menjadi perabotan yang lebih sering jadi tempat taruh barang ketimbang tempat berkumpul.
Padahal, kalau mau sedikit meluangkan waktu, meja makan bisa kembali menjadi pusat cerita keluarga. Tidak harus setiap hari, mungkin cukup di akhir pekan. Matikan ponsel sebentar, letakkan laptop di kamar, dan duduklah bersama. Tanyakan kabar satu sama lain, dengarkan cerita tanpa tergesa, dan biarkan tawa atau bahkan air mata mengalir. Karena di meja makan, kita menemukan lagi rasa “rumah” yang mungkin mulai hilang di tengah hiruk pikuk hidup.
Saya percaya, setiap keluarga punya kisahnya sendiri di meja makan. Ada yang penuh canda, ada yang penuh diskusi serius, ada yang penuh gurauan anak-anak. Bahkan ada yang mungkin sunyi, tapi tetap hangat karena kehadiran satu sama lain. Meja makan adalah tempat di mana kita bisa kembali menjadi versi paling sederhana dari diri kita: seorang anak, seorang saudara, seorang bagian dari keluarga.
Bagi saya pribadi, meja makan selalu identik dengan rasa pulang. Pulang bukan hanya ke rumah, tapi juga ke suasana di mana hati merasa aman dan diterima. Mungkin itu sebabnya, meski sudah dewasa, saya selalu menanti-nanti momen makan bareng keluarga. Karena di situlah, saya bisa kembali menjadi keluarga — utuh, hangat, dan penuh cerita.
Jadi, kalau kamu masih punya kesempatan, manfaatkan momen makan bersama itu. Karena suatu hari nanti, ketika meja makan sepi dan kursi-kursinya kosong, yang tersisa hanyalah kenangan — dan kenangan itu akan jadi harta paling berharga yang pernah kita miliki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI