Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Book

Menyusuri Kota dan Luka: Review Novel Bandung Menjelang Pagi

5 Juli 2025   06:31 Diperbarui: 5 Juli 2025   06:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sampul buku Bandung Menjelang Pagi karya Brian Khrisna, memikat dengan nuansa romansa dan luka. Sumber foto: Brian Khrisna/IG.

Ada kalanya kita jatuh cinta pada kota, bukan karena indahnya, tapi karena kisah yang pernah tertinggal di sana. Begitulah rasanya ketika membaca novel Bandung Menjelang Pagi karya Brian Khrisna. Bukan sekadar cerita cinta berlatar Kota Kembang, tapi narasi tentang luka yang tumbuh, tentang harapan yang tersesat, dan tentang kota yang menyimpan romantisme sekaligus kehampaan dalam satu tarikan napas.

Membaca buku ini seperti berjalan pelan di jalanan Braga sebelum matahari terbit. Tenang, sepi, tapi menyimpan gemuruh. Brian Khrisna tidak hanya menggambarkan Bandung dengan detail dan cinta, tapi juga berhasil mengangkat sisi gelap kota yang jarang diperbincangkan. Kota yang di pagi hari terlihat sibuk dan manis, berubah jadi ladang gelap yang penuh kelam saat malam menjelang.

Kisah utama berpusat pada Vinda dan Dipha. Dua tokoh yang saling berseberangan secara pandangan, namun dipertemukan oleh nasib. Vinda datang sebagai pendatang yang penuh ekspektasi, membawa bayangan tentang Bandung yang hangat dan penuh cinta. Sebaliknya, Dipha adalah penduduk lama yang lelah dengan kota yang katanya dibuat Tuhan saat sedang tersenyum. Ia sudah muak dengan romantisasi, karena yang dilihatnya adalah sisi gelap, keras, dan memuakkan.

Namun keduanya tetap berjalan bersama. Vinda mengikuti langkah Dipha menyusuri Bandung menjelang pagi. Dan di sepanjang perjalanan itu, pembaca diajak melihat kota melalui dua mata berbeda: mata yang penuh harapan dan mata yang penuh luka. Menariknya, karakter Dipha perlahan berubah. Kota yang awalnya hanya memberinya beban, mulai terasa hangat kembali berkat kehadiran Vinda.

Yang membuat novel ini menonjol adalah keberanian Brian Khrisna membongkar sisi lain Bandung: kehidupan malam, luka sosial, identitas, dan bahkan topeng-topeng yang dipakai para penghuninya. Tokoh-tokoh pendukung seperti Bang Karina dan teman-temannya yang hidup di pinggiran masyarakat justru menjadi refleksi paling jujur dari kemanusiaan. Mereka dianggap rendahan, tapi justru punya rasa yang dalam dan ketulusan yang sulit ditemukan di "dunia terhormat".

Narasi Brian Khrisna terasa puitis, mengalir, dan sangat visual. Beberapa adegan terasa seperti potongan film indie dengan lampu kota yang samar, suara radio tua, dan udara dini hari yang dingin. Belum lagi kutipan-kutipan yang menghantam tepat di hati pembaca. Salah satunya: "Tidak ada yang dilahirkan untuk hidup sendiri." Sebuah kalimat yang singkat tapi dalam, mengingatkan bahwa kesendirian bukanlah takdir, tapi keadaan yang bisa berubah.

Tak hanya soal cinta, buku ini juga berbicara tentang kehilangan, masa lalu, dan rasa sakit yang tak semua orang sanggup suarakan. Ending-nya tragis, dengan twist yang tak disangka-sangka. Emosional, menyayat, tapi tetap terasa benar.

Novel ini cocok untuk kamu yang suka kisah romantis dengan lapisan konflik sosial dan psikologis yang kuat. Juga untuk kamu yang pernah merasa asing di kota sendiri, atau justru jatuh cinta pada tempat yang asing. Karena seperti Bandung di novel ini, kadang kota tak hanya menyimpan bangunan dan jalan, tapi juga cerita yang bisa menyembuhkan atau menghancurkan.

Identitas Buku:

Judul: Bandung Menjelang Pagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun