Perjalanan waktu benar-benar tak terasa ya, tahu-tahu semalam sudah bergema takbir di masjid dan surau-surau. Menggelegar sahutan takbir itu memecah kesunyian, menusuk hingga relung hati. Perasaan baru kemarin Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sidang isbat guna menentukan awal ramadan, pun demikian riuh surau-surau yang mengumumkan bahwa ramadan telah tiba. Rupanya dua malam lalu menjadi malam terakhir bulan suci yang penuh ampunan dan keberkahan itu membersamai kita, kini ia akan pergi berbulan-bulan lamanya.
Sepanjang ramadan yang sudah dilalui sedari masa kecil hingga saat ini, mungkin edisi kali ini yang paling membuat sedih, menyisakan tangis yang tak mampu menahan tetesan air mata. Kepulangan ramadan menjadi suatu yang agak sakit, dari seabrek aktivitas sedari bangun tidur hingga kembali tidur akan terasa berbeda meski tetap dilakukan pada hari biasanya.Â
Jauh sebelum ramadan datang menyapa, Alhamdulillah dan syukur atas-Nya karena telah membuka hati ini untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci. Dari rajab, sya'ban, hingga akhirnya ramadan hari-hari dapat dijalani dengan berdzikir mengingat-Nya dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.Â
Ramadan kali ini bisa dikatakan lebih produktif dari yang lalu, jadwal teratur yang telah disusun melalui jurnal harian - delapan puluh lima persen telah berhasil dilaksanakan dengan ketulusan, sisanya wallahu alam. Pendekatan diri dengan Al-Qur'an pun secara bertahap masih istiqamah hingga hari akhir ramadan, pun demikian ritual ibadah lainnya. Dan, Alhamdulillah di tahun ini bisa membangun produktifitas dalam menulis dan berbagi bersama Kompasiana.Â
Ya Ramadan, engkau akan pergi meninggalkan kami sebelas bulan lamanya, apakah engkau akan kembali menjumpai kami atau kami yang justru tidak bisa lagi bertemu denganmu sebab ajal yang lebih dahulu menjemput kami. Ya Ramadan, orang-orang berkata bahwa naik turun tangga adalah hal yang melelahkan, namun ternyata naik turun iman lah yang paling melelahkan. Kami mencoba mempertahankan keimanan dan menghidupkan cahayanya melaluimu, dari rangkaian ibadah puasa - menahan lapar dahaga, mendirikan solat wajib dan sunnah, memperbanyak dzikir, sholawat, dan berdoa. Namun, justru kami takut dan khawatir api keimanan pada diri kami akan kembali padam di saat engkau meninggalkan kami.
Wahai ramadan, aku merasa sangat belum maksimal memanfaatkan kehadiranmu sebulan lamanya. Shalat kami masih banyak yang dilakukan pada penghujung waktu, dengan sengaja kami menundanya untuk hal-hal lain yang kurang penting. Puasa kami masih sebatas menahan lapar dahaga, namun nafsu masih belum juga bisa kami kendalikan dengan maksimal. Lantunan ayat suci Al Qur'an dan dzikir masih sedikit membasahi  bibir, lidah, mulut, dan hati kami. Bahkan, terkadang ketika lisan menyenandungkannya hati kami justru fokusnya entah ke mana. Ya ramadan, demikian pula doa-doa kami masih belum maksimal diutarakan melalui rayuan-rayuan dalam sujud kami, ibadah malam kami, dan shalat-shalat kami. Masih lebih banyak keinginan dan harapan, namun tidak sesuai dengan rayuan dan pengorbanan yang kami lalukan atasnya.Â
Ya Allah, kami menyadari masih banyak kekurangan pada diri kami. Atas kebodohan dan ketidaktahuan kami, tolong dimaafkan dan diampuni. Kami masih terlena dengan hal-hal yang bersifat duniawi, sehingga lalai dan terkadang lupa akan tugas dan tanggungjawab kami.Â
Ya Rabb, jangan engkau jadikan ini ramadan terakhir bagi kami. Kami masih ingin bertemu dan mencium wanginya ramadan pada waktu-waktu yang akan datang bersama orang tua kami, guru-guru kami, saudara-saudari kami, dan orang-orang yang kami sayangi dan cintai.
Pertemukan kami kembali Ya Allah denhan bulan suci yang penuh berkah ini. Dengan segenap kesiapan pada diri kami, baik dari segi keimanan maupun pengetahuan tentang agama-Mu ini. Dalam keadaan lisan dan hati yang lebih bersih, sehingga waktu di bulan ramadan tidak menjadi sia-sia dan hanya menjadi aktivitas seremonial belaka.
"Allahumma balighna ramadan, Allahumma balighna ramadan, Allahumma balighna ramadan." - "Allahumma laa taj'alhu aakhiral 'ahdi min shiyaminaa iyyahu, fain jatahu faj'alni marhuuman, walaa taj'alnii mahruuman." Ya Allah, pertemukan kami denhan bulan ramadan. - "Ya Allah, janganlah Kau jadikan bulan ramadan ini sebagai ramadan terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai ramadan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi."