Mohon tunggu...
Andi
Andi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Pemula

Cara membuat hidup tidak ribet adalah dengan mengelola dan mengontrol pikiran kita dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bahaya Gibah

20 April 2022   12:06 Diperbarui: 20 April 2022   12:10 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kata-kata "gibah" sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Bukan hanya digunakan, tindakan gibah juga sering sekali dilakukan. Saat saya menuliskan diari ini, saya tidak yakin dengan pengertian kata "gibah" yang saya miliki. Karena hal tersebut, saya akhirnya mencari pengertiannya di KBBI dan KBBI mengartikan gibah sebagai tindakan membicarakan keburukan orang lain.

Masyarakat sekarang sepertinya sudah sering melakukan hal ini. Di rumah, sekolah, tempat kerja, di tempat ibadah, di jalan, di mana pun asal dapat mendukung sebuah pembicaraan. 

Melalui pengertiannya, orang dewasa akan sadar bahwa hal ini bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Membicarakan keburukan orang lain bukanlah hal yang patut untuk dibanggakan, namun perlu diubah dan diperbaiki.

Sebagai manusia yang penuh dengan dosa, tentu saya juga pernah mempraktikkan hal ini dalam kehidupan saya. Bahkan, setiap hari saya pernah melakukan gibah bersama dengan orang-orang terdekat saya. Hal yang kami bicarakan dimulai dari hal-hal yang kecil hingga hal-hal besar. Hal yang terkait dengan kami hingga hal yang tidak berhubungan sama sekali dengan kehidupan kami.

Namun, lambat laun, saya mulai merasakan dampaknya. Dampak dari kebiasaan bergibah ternyata banyak. Bukan hanya pada orang yang jadi objek gibah, namun berpengaruh juga terhadap mental dan pola pikir saya. Hal yang hendak saya bagikan pada tulisan ini adalah dampak gibah bagi diri saya sendiri.

Seperti yang diketahui, ketika saya bergibah, tentu saya melakukannya dengan orang lain, orang yang dekat dengan saya, orang yang memiliki pola pikir yang sama dengan saya. Rasanya tidak mungkin saya bergibah dengan diri saya sendiri. Ketika bergibah dengan orang lain, saya merasa puas. 

Namun, setelah kegiatan bergibah selesai, saya menjadi khawatir dan takut. Hal yang saya takutkan adalah ketika saya membayangkan saya menjadi topik pergibahan orang lain. Saya sering merasa bahwa ketika saya bergibah dengan A, pasti ada kemungkinan bahwa saya juga menjadi bahan gibah bagi A dan temannya. Mungkin mereka akan membicarakan keburukan saya, mulai mempermalukan saya hingga saya diperlakukan berbeda.

Menyadari hal itu, saya memilih untuk mengurangi kegiatan gibah. Bukan hanya karena saya takut menjadi bahan gibah, namun gibah ini mempengaruhi tindakan saya pada orang lain. 

Walaupun kadang saya tidak tahu kebenaran beritanya, sering kali itu mempengaruhi cara saya memperlakukan orang lain. Tentu saya tahu, tindakan ini tidak akan mengurangi potensi saya untuk menjadi bahan gibah badi orang lain. Namun, saya berpikir bahwa setidaknya pikiran saya tidak tercemar oleh hal-hal yang tidak baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun