Mohon tunggu...
Coach Pramudianto
Coach Pramudianto Mohon Tunggu... Human Idea Practitioner

Mentransformasi cara berpikir untuk menemukan kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bermimpi di Negeri Palak: Festa, Farina dan Forca

3 September 2025   09:59 Diperbarui: 3 September 2025   09:59 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari Google ditambah tulisan oleh penulis


Yesus mengajarkan kepada bangsa Yahudi yang hidup di bawah penjajahan Romawi bahwa Kerajaan Allah bukan pesta gemerlap, bukan pula sekadar roti yang cepat habis, dan bukan tiang gantungan yang menakutkan. Kerajaan Allah adalah harapan baru---kasih lebih kuat daripada kuasa, hidup lebih berharga daripada pesta semu, dan salib bukan akhir, melainkan pintu menuju kebangkitan. Yesus bermimpi bersama rakyat tertindas, dan mimpi itu tidak mati di tiang gantungan. Justru dari forca lahir kehidupan baru.

Gerakan Cinta Kasih Menurut Yesus

Di tengah Negeri Palak, Yesus menempuh jalan berbeda: jalan cinta kasih. Ia tidak melawan Festa dengan pesta tandingan, tidak melawan Farina dengan monopoli baru, dan tidak melawan Forca dengan pedang. Ia menghadirkan kasih yang membalik logika dunia:

  • Kasih melawan pesta palsu dengan solidaritas, melalui perjamuan kasih.
  • Kasih melawan roti sebagai alat kuasa dengan berbagi roti kepada lima ribu orang.
  • Kasih melawan tiang ketakutan dengan keberanian memberi hidup, dengan mengorbankan diri di kayu salib.

Josephus menulis tentang kelompok Zelot yang melawan dengan senjata. Tacitus menulis tentang elite yang melawan dengan politik. Tetapi Yesus menawarkan jalan kasih---jalan yang tampak lemah, namun justru bertahan melampaui Romawi itu sendiri. Sejarah membuktikan: Kerajaan Romawi runtuh, tetapi gerakan kasih yang dibawa Yesus tetap hidup hingga kini.


Tertulianus, bapa Gereja abad ke-2, menulis tentang orang Kristen: "Lihatlah, betapa mereka saling mengasihi!" Bagi dunia Romawi, itu terdengar sebagai ejekan, tetapi justru menjadi kesaksian. Di tengah pesta, roti, dan salib, orang Kristen bertahan karena kasih---saling berbagi, menopang, dan menguatkan. Negeri Palak tidak akan hilang dalam semalam. Tetapi setiap kali kita memilih untuk mengasihi---membagi roti, menghadirkan sukacita, melawan ketakutan dengan keberanian---kita sedang bergerak dari Negeri Palak menuju Negeri Kasih. Itulah mimpi sejati. Itulah panggilan kita.

Penutup: Mimpi yang Tak Boleh Padam

"Bermimpi di Negeri Palak" bukanlah mimpi kosong. Ia adalah protes sekaligus doa. Festa, Farina, dan Forca memang nyata---pesta yang semu, pangan yang mahal, hukuman yang menakutkan. Tetapi di atas semua itu, ada mimpi tentang kebebasan dan keadilan.  Yesus menunjukkan bahwa mimpi itu layak diperjuangkan. Ia menolak pesta palsu di istana Herodes (Lukas 13:32), Ia memberi roti kepada yang lapar (Markus 6:41), dan Ia rela naik ke salib---forca---agar manusia tahu bahwa kasih tidak bisa dipatahkan.


Tugas kita hari ini adalah melanjutkan mimpi itu. Jangan biarkan pesta palsu membius kita. Jangan biarkan roti kehidupan hanya dikuasai segelintir orang. Jangan takut pada forca, karena salib telah dikalahkan oleh kebangkitan.


Di Negeri Palak, mimpi boleh tampak rapuh. Tetapi sejarah iman mengajarkan: mimpi rakyat kecil bisa lebih kuat daripada seluruh pesta penguasa, lebih penting daripada pangan yang dipolitisasi, dan lebih abadi daripada tiang gantungan. Pada akhirnya, mimpi yang lahir dari kasih dan kebenaran tidak bisa dipalak. Ia akan hidup selamanya.

Coach Pramudianto

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun