Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Alternatif Selain Beras

1 Maret 2024   06:00 Diperbarui: 1 Maret 2024   06:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
'Beras' (Foto dokumen pribadi Claudia Magany)

Beberapa hari lalu saya terima pesan dari salah satu grup di medsos: "Siap-siap krisis ekonomi di depan mata! Per 1 Maret BBM, listrik dan tarif tol naik. Bahkan harga beras naik 'tertinggi dalam sejarah', padahal negara agraris lho!"

Spontan saya langsung merespon: Beras mahal, makan pasta saja!

Setelah dipikir-pikir, dulu harga pasta di Indonesia sudah lumayan mahal. Kalau BBM naik, harga pasta dan lain-lain tentunya akan naik pula. Ya, waktu mudik kaget juga lihat harga sebungkus pasta dengan merk sama, bisa beli 2-3 bungkus di Italia sini. Suami sampai menyarankan untuk bikin pasta sendiri daripada beli. Selain kita tahu material yang dipakai, rasanya juga jauh lebih enak. Tapi waktu itu saya berkilah, "Praktisnya, kamu yang harus adaptasi dengan makanan kami. Jadi saya tidak repot cari makanan impor." Ooops, saran ini betulnya lebih kepada diri sendiri, berdasarkan pengalaman merantau di negerinya.

Waktu tiba di Italia, saya menyewa kamar di sebuah biara di kota Perugia. Setiap petang, saya ikut misa dengan para biarawati yang mengelola penginapan tersebut. Rupanya mereka terkesan. Jadi waktu saya tinggalkan biara karena harus lanjut kursus di kota lain, mereka membekali saya dengan setumpuk beras. Saya perhatikan, hampir setiap hari ada mobil berhenti di depan biara hanya untuk drop aneka makanan. Kadang sekardus susu, mungkin isinya selusin. Kadang beras, terigu, biskuit dan sebagainya. 

Karena saya orang Asia, mereka yakin saya makan nasi setiap hari. Jadi mereka menawarkan beras untuk bekal sebulan di tempat tinggal baru. Berasnya dikemas pakai karton. Sekotak isinya 1 kg. Dalam kotak, berasnya dibungkus plastik hampa udara. Agar tidak makan tempat di koper, kardusnya saya buang. Jadi berasnya bisa diselipkan di antara baju dan buku-buku. Saya hanya memasukan 6 kotak sebab koper saya sudah berat.

Saya harus mampir ke Roma untuk melanjutkan perjalanan ke Reggio di Calabria. Selain beras, mereka juga merekomendasi untuk singgah di biara yang menampung biarawati dari Afrika. Kereta dari Roma, berangkat dini hari berikutnya. Jadi saya bisa istirahat seharian di biara tersebut daripada bengong  sendirian menunggu di stasiun Termini.

Hampir jam makan siang waktu saya tiba di biara di Roma. Tak hanya biarawati Afrika yang tinggal di sana, tapi tampak pula anak-anak imigran asal benua mereka yang ditampung dalam biara tersebut. Wajah mereka umumnya terlihat muram, tanpa ekspresi. Mungkin karena terpisah dari keluarga. Mungkin juga rindu akan kampung halaman mereka.

Refleks, saya membongkar koper. Lima kotak beras saya serahkan kepada mereka. Serta merta, saya terima pelukan hangat dan airmata haru. Baik dari para biarawati, maupun anak-anak yang wajahnya langsung berubah ceria. Beberapa dari mereka bahkan memeluk dan mencium mesra kotak-kotak beras tersebut. Rupanya selama ini mereka hanya makan olahan terigu. Jadi saat melihat beras, mereka langsung bahagia. Karena saya baru sebulan meninggalkan tanah air, jadi belum punya kerinduan besar makan nasi seperti mereka yang entah berapa lama telah mengungsi di biara tersebut. Lumayan bisa mengurangi 5 kg berat koper.

Di Reggio di Calabria, saya menyewa rumah bersama dua teman dari Indonesia. Maka, sisa beras sekotak masih sempat saya nikmati untuk beberapa hari dengan mereka. Giliran habis dan hendak beli, kaget juga melihat harga beras. Ternyata memang mahal untuk ukuran kami yang masih menghitung dalam rupiah. 

Isi sekilo tak sampai seliter ukuran penjual beras di pasar pagi Rawamangun. Sebulan setengah merantau, pikiran dan kalkulasi tetap membanding harga dan jenis ukuran yang dipakai untuk menakar material. Kalau makan nasi, tentu harus ditemani lauk pauk dan kawan-kawan. Sedangkan orang Italia makan pasta, cukup tambahkan saus tomat atau hanya bawang putih dan minyak zaitun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun