Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Hari AIDS untuk Mengenang Freddie Mercury

1 Desember 2021   15:35 Diperbarui: 3 Desember 2021   10:31 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi HIV/AIDS, penularan HIV, pencegahan HIV. (sumber: Shutterstock/alexkich via kompas.com)

Sepuluh tahun belakangan, telinga saya jadi menyesuaikan selera dengan musik suami. Belajar membedakan bunyi tiup antara Lester Young, John Coltrane, Dizzy Gillespie atau Miles Davis. 

Sepuluh tahun belakangan baru sadar bahwa saya juga punya penyanyi, pemusik dan grup band favorit. Jadi seminggu ini akhirnya hari-hari kami penuh dengan berbagai cerita dan debat seru menanggapi ulasan-ulasan yang ditayangkan televisi sini.

Berawal dari tayangan Bohemian Rhapsody, film biopic Freddie Mercury yang diperankan oleh Rami Malek. Akhirnya kami mulai 'search' mencari tahu lokasi persis Zanzibar yang berlokasi di Tanzania. 

Nama ini sangat familier dalam ingatan saya. Waktu SD saya punya buku HPU (Himpunan Pengetahuan Umum), buku contekan untuk mengisi TTS. 

Pertengahan tahun '70 nama Zanzibar terkenal sebagai penghasil cengkeh nomer 1 di dunia. Entah sekarang, sebab tahun '80an Indonesia mengklaim sebagai negara penghasil cengkeh terbesar di dunia. 

Kisah migrasi dari Zanzibar bersekolah di India sampai akhirnya menetap di Middlesex cukup aktual dengan situasi yang terjadi di sekitar perairan Sicilia saat ini. 

Tiap hari pengungsi asal Asia dan Afrika terlihat nekad menyeberang selat untuk meraih kehidupan yang lebih baik di benua yang menjanjikan banyak harapan. Seperti Farrokh (nama asli Freddie), ada beberapa imigran yang berhasil merubah nasibnya di 'negeri baru' mereka. 

Dari soal migrasi, diskusi kami semakin hangat ke soal perang, politik sampai menyentil ke soal agama yang akhirnya kami berdua mencari info tentang zoroaster.

Dokumentasi yang mewawancarai teman masa kecil Farrokh, menampilkan sekolah dan asrama ketika orang tua Freddie menitipkan anaknya agar mendapat pendidikan yang lebih baik di India. Kami langsung membandingkan dengan 'Coleggio Brandolini' di Oderzo, yaitu sekolah dan asrama untuk anak laki-laki. 

Sangat terkenal, khususnya pada masa perang dunia kedua, sebab menjadi pilihan orang kaya untuk menitip anak mereka di sekolah ini. Secara finansial, berarti orang tua Freddie cukup mampu untuk menitip anak mereka di sekolah bergengsi macam college ini. 

Di sekolah ini pun Freddie kecil (Farrokh) menekuni ilmu piano yang sempat dipelajari sebelum dia masuk sekolah. Juga olahraga (tinju) yang sempat mengantongi prestasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun