Mohon tunggu...
Clara Angelina Sitohang
Clara Angelina Sitohang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

sedang berusaha menahan lelahnya belajar karna tidak sanggup menahan perihnya kebodohan

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Soal Kebijakan Privasi, WhatsApp Mulai Ditinggalkan Pengguna?

4 Februari 2021   16:54 Diperbarui: 4 Februari 2021   17:26 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Getty images

Dengan dilirisnya kebijakan baru, mampukah aplikasi Whatsapp tetap bertahan menjadi platform digital populer pesan instant masyarakat Indonesia? Mungkinkah aplikasi populer pengirim pesan singkat ini perlahan mulai ditinggalkan oleh penggunanya demi melindungi data-data yang bersifat privasi?

Aplikasi yang identik dengan warna hijau yang dimiliki oleh pendiri Fecebook---termasuk Instagram yakni Mark Zuckerberg merupakan aplikasi 'sejuta umat' manusia di planet ini. Saking populernya Whatsapp atau WA sebutannya, telah digunakan oleh lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia (Kompas.com, 2020). Bukan tanpa alasan, WA sering disebut sebagai aplikasi paling berguna saat ini, selain penggunanya dapat berkirim pesan, transfer data, hingga video call menjadi keunggulan WA. Sayangnya, tiada gading yang tak retak, WA juga termasuk identik dengan aplikasi yang mudah diretas. Banyak pengguna sering mengeluh soal ini.

Terbaru, entah karena kebutuhan bisnis atau apa, Whatsapp menghebohkan segala penjuru jagat maya karena meluncurkan notifikasi bagi para penggunanya perihal adanya kebijakan mengenai pembagian data pribadi para penguna WA yang akan di share kepada pihak ketiga. Artinya, para pengguna WA akan dipaksa untuk memilih dan mengikhlaskan adanya pembagian data yang bersifat pribadi untuk disalurkan secara otomatis kepada Fecebook.

Alhasil,pengguna akan dihadapkan pada opsi setuju atau tidak, tetapi yang menjadi timbulnya sesuatu yang bersifat memaksa adalah pada saat pengguna memilih 'tidak' maka akun tersebut akan di hapus dan tidak dapat digunakan lagi. Maka demikian, kebijakan yang diberikan memunculkan tanda tanya besar oleh para pengguna sehingga memunculkan desas-desus yang bermunculan.

Lantas, apakah kebijakan ini akan berdamapak pada ditinggalkannya WA oleh para pengguna? 

Privasi Data dan Kepercayaan Pengguna

Ramai-ramai soal kebijakan baru, asumsi-asumsi yang bersifat skeptis bermunculan pada pengguna, hal inilah yang melahirkan gerakan yang bersifat universal yang menjadikan informasi soal kebijakan baru WA menjadi trending topic di Twitter yang dimana para netizen kebinggungan akan hal kebijakan tersebut. Kecurigaan yang terjadi bukan semata-mata menciptakan sensasi kepanikan semata, tetapi melahirkan perspektif untuk kedepannya di kemudian hari, praduga yang mungkin acap kali dirasakan apakah akan ada penyalagunaan terhadap data informasi? itulah yang sekarang sangat menarik perhatian.

Kominfo selaku kementerian yang mengurusi soal dunia digital Indonesia pun berkomentar. Bahkan, Kominfo memberikan nasehat penting bagi penguna Whatsapp yakni himbauan agar masyarakat waspada dan bijak dalam menentukan media sosial.

Memang harusnya, setiap data wajib di jaga dan dilindungi demi menyinggahkan rasa kepuasan kepada pemakai, walau sekecil apapun data-data tersebut, yang namanya data tetaplah penting. Selain itu, data penting untuk dijaga agar bisa membangun rasa kepercayaan pada penguna terhadap suatu aplikasi. Tidak dapat dipungkiri setiap data informasi yang akan tersalurkan pasti memiliki kegunaan apapun ceritanya, termasuk menghindari menghindari berbagai jenis cybercrime yang pasti dapat merugikan kita.

Kemajuan di era digital memang menuntut kita agar tetap selalu berhati-hati akan kejahatan yang bisa menimpa siapa saja. Semuanya itu kembali kepada kredibilitas Mark yang dapat memastikan kebijakannya dapat dipercaya atau mungkin sebaliknya, sebagai pemilik sekaligus pemimpin hal ini bisa saja menjadi boomerang bagi dirinya sendiri dan mungkin merembet ke WA---aplikasi yang dimilikinya saat ini.

Benarkan sudah ditinggalkan pengguna?

Setiap postingan di dunia maya dapat berpengaruh besar dan menciptakan berbagai gerakan yang bersifat global secara menyeluruh, inilah yang terjadi saat ini postingan netizen bukanlah hal yang dapat disepelekan karna mempengaruhi keadaan. Dari munculnya kebijakan tersebut menimbulkan berbagai hastag bahkan menjadikannya trending di Twitter yang menyebabkan ajakan beramai-ramai untuk meng un-install aplikasi WA.

Saat ini entah mengapa media sosial menjadi tempat dimana semua orang dapat menulis hal apapun itu dan dapat mempengaruhi bagi para pembacanya yang seakan-akan menjadi candu, sehingga bisa ramai diperbincangkan dan melahirkan berbagai opini yang berbeda. Sama hal dengan pembahasan kita di awal mengenai kebijakan yang diberikan, para warga net seakan mengambil peran masing-masing untuk menanggapi berita yang sedang hangat-hangat untuk diulik, dan jika kita kaitkan maka para netizen menangapi hal ini sama halnya seperti konsep Yin dan Yang yang menjelaskan berbagai ragam sifat hubungan, yang jika dikaitan dengan respon dari setiap warga net selalu ada yang pro dan ada yang kontra.

Pada 29 Januari 2021, Whatsapp seakan kebakaran jenggot dengan kecurigaan para pengguna yang mungkin menjadi ultimatum, tetapi tidak lain karena berbagai hastag yang muncul akhir-akhir ini, sehingga WA muncul di berbagai status para pengguna yang menjelaskan bahwa akan ada berbagai fitur baru yang akan diberikan pada para pengguna. Pasti anda juga menerimanya bukan?

Barangkali entah mungkin itu hanyalah usaha dari aplikasi tersebut untuk meredam berbagai isu-isu yang ada, dan memang dari sini menghasilkan berbagai keuntungan bagi aplikasi lain seperti, Telegram, dan Signal. Dilansir Kompas Bisnis, sepekan dari diluncurkannya kebijakan tersebut kenaikan lonjakan dirasakan langsung bagi aplikasi Telegram yang dalam tiga hari langsung menghadirkan 25 juta pengguna baru, dan pada aplikasi Signal ada 8,8 juta unduhan dalam satu minggu. Mungkin inilah yang dinamakan seperti mendapat durian runtuh, saat WA mulai di diragukan, aplikasi lain malah mulai eksis digunakan.

Namun demikian, sulit mengukur apakah WA sudah ditinggalkan penggunananya saat ini, apalagi terbaru WA kembali memberikan notifikasi kepada pengguna tentang keamanan data yang katanya akan terjaga dengan baik. Apalagi, kemudahan dan keunggulan lain dari WA yang sudah menimbulkan kecintaan bagi penggunanya.

Namun demikian, yang terpenting adalah apapun kebijakannya harus memuaskan pengguna karena para pengguna merasa perlindungan terhadap data pribadi jauh lebih penting dari pada penggunaan terhadap aplikasi semata. Semuanya kembali kepada diri kita sendiri, kita mengetahui kemajuan teknologi sangatlah pesat. Seperti ungkapan Marcell Mauss, "Pada dasarnya tidak ada pemberian yang cuma-cuma". Atau sederhananya, jika suatu produk itu gratis maka mungkin para pengguna menjadi produk yang dijualnya. Mari sama-sama menjadi bijak dalam bersosial media, dengan pertimbangkan dengan sebaik-baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun