Tidak lebih dari 2 bulan baru didapuk Presiden Jokowi sebagai Mendikbud, Nadiem Makarim sudah 'menggelegar'.
Seperti telah banyak diberitakan, Menteri Nadiem langsung menetapkan 4 kebijakan.
Ada 4 kebijakan terkait sistem di pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen).
Di antara 4 kebijakan itu: mengubah Ujian Nasional (UN) jadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter adalah paling membuat gemuruh.
UN yang dinilai 'tak layak' diterapkan pada wajah pendidikan Indonesia, dieksekusi dengan berani dan baik oleh Menteri Nadiem.
Tak hanya wacana lagi. Seperti debat selama ini terjadi. Sebelum UN diubah skemanya.
Semua menyambut antusias.
Sepertinya bagi Menteri Nadiem: Merdeka Belajar yang diusung sebagai konseptual kerjanya untuk pendidikan nasional, jangan cuma retorika.
Merdeka Belajar harus terealisasi. Targetnya: meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia.
Merdeka Belajar: cara pembelajaran yang dinamis; tidak membuat beban; mandiri; leluasa; kreatif; inovatif; menggembirakan.
Murid tak perlu takut lagi dengan tuntutan 'ini-itu' ketika belajar-mengajar. Was-was dengan masa depan pendidikannya sebab aturan yang kaku.
Alhasil: murid jadi bagaikan 'robot'. Mesin pendidikan. Begitu-begitu saja aktivitas belajar-mengajarnya.
Juga Guru. Terfokus pada aturan (beban) sistem administratif. Dikejar tugas yang di luar tanggung jawab utamanya mencerdaskan anak bangsa.
Menteri Nadiem membukakakan Merdeka Belajar. Di masa reformasi ini.
Itu di jenjang Dikdasmen. Merdeka Belajar tahapan perdana sudah diproklamasikan Menteri Nadiem.
Sangat mungkin Menteri Nadiem bakal mencetuskan lagi Merdeka Belajar di jenjang perguruan tinggi/kampus.
Sangat mungkin. Menteri Nadiem punya kewenangan tersebut. Untuk mengimplementasikan gagasan kinerjanya untuk pendidikan Indonesia: Merdeka Belajar.
Dan kiranya tidak mungkin jika Menteri Nadiem hanya sepotong-potong memerdekakan belajar di jenjang pendidikan Indonesia.
Misalnya; hanya di tingkatan Dikdasmen saja seperti sudah direalisasikannya.
Bila disimak dari awal jadi Mendikbud, Nadiem begitu menggebunya akan memerdekakan belajar semua jenjang serta unit pendidikan.
Maka: itu dapat juga dilakukan Menteri Nadiem di perguruan tinggi. Sehingga selaras, selajur, kemerdekaan belajar dari jenjang Dikdasmen hingga perguruan tinggi.
Tinggal kini: menunggu Menteri Nadiem membuka lagi Merdeka Belajar di perguruan tinggi.
Entah kebijakan Merdeka Belajar apa bakal diproklamirkan Menteri Nadiem untuk kampus.
Namun memang sudah saatnya perguruan tinggi juga Merdeka Belajar.
Supaya Mahasiswa dan Dosen tidak terjerat birokratisasi serta kurikulum monoton. Punya keleluasaan memiilih perkuliahan maupun ruang gerak tambahan yang menunjang kecakapan intelektualnya.
Menteri Nadiem: sangat mungkin membuka Merdeka Belajar di perguruan tinggi. Agar sesuai dengan (perkuliahan dan kurikulum) kemajuan zaman.
Menteri Nadiem di awal telah membuktikan dirinya konsisten memerdekakan belajar.
Citanya tentang Merdeka Belajar diwujudkan.
Dan ke depan: Merdeka Belajar di jenjang pendidikan bakal berpotensi juga terjadi.
Menteri Nadiem menerjang arus.
Membawa perubahan pendidikan Orde Reformasi.
Menteri Nadiem yang membuka Merdeka Belajar di Tanah Air.***