Resep Al-qur'an menghadapi gangguan kecemasan
Allah telah menyebutkan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena terus mengingat Allah. Maksudnya, hati itu menjadi lebih baik karena bersandar pada Allah, serta meraih ridha Allah sebagai pelindung serta penolong bagi kita setiap insan.Â
Dengan mengingat Allah, hati akan senantiasa tenteram dan jiwa pun merasakan ketenangan, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka senantiasa melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukan oleh dirinya selama hidup. Satu ayat al-Qur'an yang mengandung daya terapi yang potensial itu menerangkan bahwa ketenangan dan ketentraman hati (tuma'ninah dan sakinah) akan didapatkan sebagai ganjaran atau pahala apabila melakukan suatu ibadah dan mengingat Allah atau dzikrullah.Â
Yaitu sebagaimana yang tertera dalam firmannya "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." Sudah jelas sekali bahwa Al-Qur'an menawarkan jalan keluar bagi seseorang yang telah mengalami kecemasan yang berkelanjutan, yaitu pada fase cemas menjadi sebuah gangguan.
Tinjauan Saintis terhadap Pembuktian dari Al-Qur'an
Beraneka ragam terapi dikembangkan oleh para ahli guna mengatasi rasa cemas itu, si antaranya adalah latihan relaksasi, terapi tingkah laku, serta sebagainya. Andaipun demikian, dalam kenyataannya, mau tidak mau harus diakui bahwa orang yang sedang mengalami cemas dan mendambakan rasa damai dan tenteram tampaknya asal ke hari makin bertambah pula.Â
Secara psikologis, dampak perbuatan "mengingat Allah" ini pada alam kesadaran akan berkembanglah akan kehadiran yang kuasa yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, yang senantiasa mengetahui segala tindakan, yang konkret (overt) juga yang tersembunyi (covert). Ia tak akan merasa hayati sendirian di dunia ini, sebab terdapat dzat yang Maha mendengar keluh kesahnya yang mungkin tidak bisa diungkapkan kepada siapapun. Psikolog di Indonesia sudah melakukan banyak sekali penelitian empiris. Effa Naila Hady, seseorang psikolog, pernah melakukan serangkaian wawancara mendalam tentang motivasi, penghayatan serta manfaat dari melakukan zikir di sekelompok pengamal dzikrullah pada Alkah Baitul Amin, Cilandak, Jakarta.Â
Selain berzikir ada obat lainnya yang bisa mengatasi kecemasan, yakni salat, semua gerakan salat merupakan gerakan untuk kesehatan. Bahkan salat tidak hanya menjaga kesehatan, akan tetapi juga mengembalikan hidup sehat berasal banyak sekali macam penyakit. Dr. Alexis Carel, pemenang hadiah Nobel bidang kedokteran dan direktur riset di Rockfeller Foundation Amerika menyampaikan, banyak pasiennya yang gagal disembuhkan secara medis, namun hilang penyakitnya sesudah pasiennya salat.Â
Salat dengan khusyuk merupakan cara yang manjur, Jika sahih-sahih khusyuk dalam salatnya, berarti hati dan pikirannya tertuju kepada Allah semata. Hatinya pasrah serta tenteram menyerahkan diri pada-Nya. Orang yang salat secara demikian akan terhindar dari perbuatan keji, mungkar serta sifat kecemasan.
Psikologi agama, pintu masuk menuju integrasiÂ
Psikologi dievaluasi sebagai disiplin ilmu otonom yang menginduk terhadap filsafat, dituntut menciptakan kerangka teoretik yang lebih holistik menggunakan menempatkan kepercayaan sebagai landasan kajian keilmuan. di samping filsafat, kepercayaan merupakan dimensi yang mengagungkan terhadap aspek nilai, terutama nilai-nilai ilahiah (teosentris) menuju kepada nilai-nilai antroposentris (dimensi insaniah/manusia). Bila hal ini dipertemukan dan dijadikan satu bentuk disiplin keilmuan, tentunya akan menyampaikan sumbangan yang krusial bagi pembentukan jiwa manusia (perkembangan mental positif manusia yang seutuhnya).Â