Mohon tunggu...
Cindy Talenta
Cindy Talenta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Bioteknologi

Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Analisa Resiko Kesehatan Penyakit ISPA di Provinsi Riau

8 Mei 2020   17:21 Diperbarui: 8 Mei 2020   17:42 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisa Resiko Kesehatan Penyakit ISPA di Provinsi Riau
Cindy Talenta (31170148)
Mahasiswa Fakultas Bioteknologi
Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta

Sehat, menjadi hal yang sangat mahal bagi kita akhir -- akhir ini melihat kondisi dan problematika yang terjadi di lingkungan sekitar. Kesehatan menjadi komponen terpenting dalam hal mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan cara pengelolaan suatu resiko terkait kesehatan yang bertujuan melindungi kesehatan masarakat itu sendiri akibat efek dari perubahan lingkungan yang berdampak buruk. 

Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) membantu dalam hal pendekatan dengan cara memperhitungkan besar resiko kesehatan pada manusia, juga termasuk identifikasi terhadap adanya faktor ketidak pastian, penulusuran data pajanan tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran spesifik. 

Dalam peraturan perundang -- undangan Indonesia, ARKL (Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan) merupakan pendekatan ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan). Landasan hukum ARKL (Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan) untuk ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) antara lain yaitu PerMenLH No 08/2006 tentang Pedoman Penyusunan Amdal, dan KepMenKes No 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis ADKL, namun di Indonesia sendiri masih sangat sedikit kajian metode ARKL maupun ADKL yang teraplikasikan. 

Hal ini dapat dilihat bagaimana penyakit -- penyakit yang setiap tahun menjadi "langganan" menyerang kesehatan masyarakat. Sedangkan di beberapa negara maju seperti Uni Eropa, Amerika, dan Australia telah menjadi proses menjadi central idea legislasi dan regulasi pengendalian dampak lingkungan.

Kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan dimana tempat mereka beraktivitas. Interaksi agen lingkungan (Kimia, fisik, biologi) dan aktifitas manusia saling mempengaruhi terhadap kesehatan, selain itu juga perilaku hidup masyarakat itu sendiri. Dengan kondisi lingkungan yang dinamis, tidak jarang memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat terutama kesehatan, dengan munculnya beberapa penyakit di masyarakat salah satunya penyakit -- penyakit menular. 

Penyakit menular adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu atau vektor (binatang pembawa).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang biasanya bisa menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan dapat mematikan. Menurut WHO, ISPA pneumonia merupakan bentuk peradangan dari jaringan paru dengan ditandai gejala batuk dan sesak nafas atau nafas cepat yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). 

Di Provinsi Riau sendiri, ISPA terjadi akibat peristiwa kebakaran hutan yang hampir setiap tahun terjadi. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di provinsi Riau berada di lahan gambut yang mendominasi daerah ini mencapai 60% (Telekomunikasi & Caltex, 2012). World Health Organization memperkirakan sekitar 20 juta orang Indonesia telah terpajan asap kebakaran hutan yang mengakibatkan berbagai gangguan paru dan sistem pernapasan. 

Sekitar 25,6 juta jiwa yang terdiri atas 22,6 juta jiwa di Sumatera dan 3 juta jiwa di Kalimantan menjadi korban asap akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut (Samsul, 2015). Tahun 2015 bencana kabut asap di Propinsi Riau terjadi sejak tanggal 1 Maret 2015. Jumlah penduduk Provinsi Riau yang terpapar asap sebanyak 6,3 juta jiwa di 12 Kabupaten/ Kota.  

Data yang didapat sampai tanggal 17 September 2015, ditemukan jumlah penduduk yang menderita penyakit sebanyak 31.518 jiwa dimana ISPA sebanyak 25.834 jiwa, (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Data penyakit akibat kabut asap di kota Pekanbaru dari tanggal 29 Juni-8 September 2015 yang tertinggi adalah ISPA sebanyak 3.254 orang (86,6%, dan penyakit lain adalah diare, iritasi kulit, asma, iritasi mata dan pneumonia (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2015). Data profil Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2014-2016, menunjukkan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama dari 10 jenis penyakit rawat jalan di Puskesmas Kota Pekanbaru.

            Adapun penyebab terjadinya ISPA dipicu oleh asap yang ditimbulkan aibat kebakaran lahan di provinsi Riau. Dimana komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur oksida. Partikel yang timbul akibat kebakaran hutan disebut particulate matter (PM). Ukuran lebih dari 10 m biasanya tidak masuk paru tetapi dapat mengiritasi, mata, hidung dan tenggorokan. Namun partikel yang berukuran kurang dari 10 m dapat terinhalasi sampai ke paru. 

Dalam jangka pendek (akut) asap kebakaran hutan dapat mengakibatkan iritasi selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, sehingga bisa menimbulkan gejala mata perih dan berair, hidung berair dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, sakit kepala, mual dan mudah terjadi ISPA (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

            Melihat fenomena maraknya masyarakat yang terjangkit ISPA di Provinsi Riau, perlu adanya upaya tindakan dan strategi penanggulangan. Dengan metode pengkajian ARK (Analisis Resiko Kesehatan) dan ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) yang membantu dalam hal memperhitungkan resiko suatu penyakit berdasarkan data setiap tahun korban yang terjangkit penyakit ISPA. 

Dengan mengetahui berapa besar resiko serta pajanan akan mempermudah penanggulangan dalam hal medis baik tenaga medis yakni dokter, perawat maupun sarana prasarana pendukung seperti puskesmas, rumah sakit, klinik dan alat -- alat bantu pernafasan seperti oksigen dan keamanan seperti masker dan lain -- lain. Selain itu juga antisipasi yang dapat di lakukan adalah pola hidup sehat, mengurangi aktivitas di luar ruangan dan perilaku masyarakat. Ketika pola hidup sehat Sudha dijalankan, akan membentuk imunitas tubuh yang lebih baik sehingga ketika penyakit muncul tubuh mampu membangun pertahanan sendiri.

            Keadaan lingkungan yang dinamis akhir-akhir ini menuntut kita berupaya cerdas dan tanggap. Bertambahnya jumlah korban yang terjangkit ISPA di Provinsi Riau tiap tahunnya menjadi masalah kita Bersama. Upaya penanggulangan juga akan optimal ketika Pemerintah Provinsi Riau dan masyarakata setempat saling bersinergi guna menjaga kesehatan dalam menghadapi perubahan dan dampak lingkungan terhadap kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun