Mohon tunggu...
Cindy Leviona
Cindy Leviona Mohon Tunggu... Penulis - CindyL

Seorang siswi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keambiguan Transplantasi Organ sebagai Pedang Bermata Dua

6 Oktober 2019   18:18 Diperbarui: 7 Oktober 2019   21:13 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah seseorang melakukan prosedur transplantasi organ,  kekebalan tubuh orang itu akan meningkat drastis hingga berlebih setelah menerima organ donor. 

Hal ini disebabkan karena tubuh mengira ada  benda asing dalam tubuh yang bisa saja memiliki potensi bahaya sehingga tubuh mulai meningkatkan daya tahannya dan  mengeluarkan reaksi penolakan pada organ tersebut. Penolakan tersebut diatasi dengan suatu obat yang dikenal sebagai imunosupresan. (Rampengan,Zefanya,2011)

Dari namanya sendiri dapat ditebak bahwa obat ini memiliki fungsi untuk menekan  kekebalan tubuh/imun.  Walaupun imun berlebih itu tidak baik bagi tubuh karena beresiko pada penolakan organ, namun imun tubuh yang menurun membuka gerbang bagi virus/ bakteri penyebab penyakit yang salah satunya adalah kanker. 

Obat imunosupresan yang menuju dan menargetkan berbagai macam sel darah putih, akan secara signifikan meningkatkan resiko PTLD atau "post-transplant lymphoproliferative disorder". PTLD sendiri adalah semacam kondisi yang bisa terjadi setelah transplantasi. Kondisi ini melibatkan sistem imun dan menyebabkan sel darah putih limfosit membelah diri di luar kendali. Hal ini jika terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan  limfoma yaitu kanker yang menyerang keulenaar getah bening seseorang. (National Kidney Foundation, tt)

 Pada sebuah riset mengenai kanker, ditemukan bahwa sel-sel kanker secara terus-menerus muncul  dalam tubuh manusia, namun biasanya sel tersebut dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh sebelum dengan sendirinya membentuk tumor. Sistem imun manusia tidak hanya melindungi tubuh dari berbagai macam indeksi namun juga menciptakan mekanisme perlindungan terhadap pertumbuhan sel-sel yang dianggap berbahaya/berpotensi merusak tubuh. Dengan adanya obat imunosupresan populasi sel kanker memiliki kesempatan untuk tumbuh, sehingga resiko kanker meningkat. (Chauhan, Veeraish, 2019)

Dalam berbagai hal, dapat ditemukan kesamaan antara mereka yang meminum obat imunosupresan dengan mereka yang menderita AIDs mengenai keadaan kekebalan tubuh, bahkan kedua kondisi dapat diserang oleh beberapa tipe kanker yang sama. 

Orang yang autoimun memiliki resiko kanker bukan hanya karena autoimun itu sendiri namun juga karena perawatan yang mereka terima yaitu penekanan kekebalan tubuh. 

Penyakit yang  menyerang kebanyakan pasien tersebut contohnya adalah limfoma, yaitu sejenis kanker yang menyerang limfosit dan limfosit ini juga merupakan sarana bagi kanker menyebar ke bagian tubuh lain. (doktersehat.com,tt)

Penelitian-penelitian dilakukan oleh para ahli salah satunya yaitu Engels yang bekerja di divisi epidemiologi dan genetika kanker di National Cancer Institute atau yang biasa disingkat NCI.

 Salah satu sisi positif yang didapatkan melalui penilitiannya terhadap jumlah anak-anak yang menderita kanker setelah transplantasi organ adalah, walaupun resiko terkena limfoma non-Hodgin meningkat, namun kebanyakan dari anak yang melalui proses transplantasi organ tidak diserang  kanker. Sekitar empat ratus atau kurang dari sekitar delapan belas ribu penerima transplantasi mengembangkan beberapa jenis kanker kurang lebih sekitar 4 tahun dari masa tindaklanjut. (National Cancer Institute, 2016)

Dari jumlah yang disebutkan, terlihat jelas perbandingan anak yang diserang kanker pasca transplantasi dan yang tidak. Hal ini tentunya tidak menutup kemungkinan bagi anak-anak itu menderita penyakit lain yang diakibatkan transplantasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun