"Just say NO to complicated, dead-end, unhealthy, and toxic relationships." - Stephanie Lahart
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa remaja memang terasa tak lengkap rasanya bila tak dibumbui dengan persoalan-persoalan mengenai urusan percintaan. Ada saja beribu alasan untuk tetap berada dekat dengannya dan selalu senang jika dapat melihatnya.Â
Bahkan saat semasa SMA, saya pernah mendengar sebuah kalimat menggelitik dengan bunyi, "jangankan melihat wajahnya, melihat atap genteng rumahnya pun rasanya bahagia sekali."
Itulah cinta. Terkadang dapat membutakan akal sehat seorang remaja. Segala cara diupayakan untuk membahagiakan seseorang yang mungkin bahkan tak pernah membahagiakannya.
Tak jarang seorang remaja yang sudah terlanjur JATUH cinta terjebak dalam sebuah hubungan tak sehat atau yang lebih dikenal dengan toxic relationship.
Sebenarnya toxic relationship itu apa sih?Â
Dr. Kelly Campbell, seorang profesor psikologi dan human development di California State University, San Bernardino menuturkan bahwa toxic relationship sendiri merupakan hubungan yang berdampak buruk bagi kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang.
"Karena kita menghabiskan begitu banyak waktu dan energi kita pada pasangan yang romantis, hubungan ini sangat berpengaruh pada kesejahteraan kita.Â
"Ketika mereka berjalan dengan baik, kita biasanya melakukannya dengan baik. Tetapi ketika mereka tidak berjalan dengan baik, kesehatan kita dan kebahagiaan kemungkinan akan terpengaruh secara negatif," lanjutnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!