Tantangan dunia pendidikan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kondisi perkembangan zaman yang dinamis dan semakin kompleks membuat pendidikan dinamis, adaptif, inklusif serta bermutu menjadi sebuah kewajiban untuk menjawab tantangan abad 21, di  mana keterampilan 4C (Communication, Creativity, Critical Thinking, Collaboration) harus terintegrasi ke dalam sistem pendidikan di Indonesia.  Namun, apakah sistem pendidikan di Indonesia sudah siap sepenuhnya untuk menjawab tantangan itu?
Kondisi Sistem Pendidikan Indonesia
Laporan World Bank (2020) yang diberi judul "The Promise of Education in Indonesia" mengungkapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan selama dua dekade terakhir. Kemajuan signifikan tersebut antara lain:
1. Sistem pendidikan terbesar keempat di dunia: sistem pendidikan formal Indonesia melibatkan 3,3 juta guru dan 53,1 juta siswa dari kelas 1 hingga 12;
2. Peningkatan angka partisipasi: sejak tahun 2002, jumlah siswa yang tercatat dalam sistem pendidikan Indonesia bertambah lebih dari 10 juta, terutama pada tingkat pendidikan menengah. Angka partisipasi siswa untuk usia 16-18 tahun meningkat dari 50% menjadi 71% antara tahun 2002 sampai 2017;
3. Peningkatan anggaran pendidikan: sejak awal tahun 2000an, anggaran belanja negara untuk bidang pendidikan meningkat sekitar 200% secara riil. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah berhasil mengurangi beban keuangan untuk keluarga dan mendorong angka partisipasi siswa dalam sistem pendidikan;
4. Kesetaraan gender: Indonesia telah menunjukkan kemajuan besar dalam tingkat partisipasi gender di bidang pendidikan, di mana proporsi siswa laki-laki dan perempuan saat ini hampir setara.
Selaras dengan laporan tersebut, OECD (2023) dalam laporannya dengan judul  "Transforming Education in Indonesia: Examining the landscape of current reforms" juga mencatat adanya peningkatan partisipasi siswa dalam sistem pendidikan. Persentase partisipasi siswa berusia 15 tahun dalam sistem pendidikan Indonesia meningkat pesat dari 68% pada tahun 2012 menjadi 85% pada tahun 2022. Laporan tersebut juga mencatat tentang resiliensi akademik siswa yang melaporkan bahwa Indonesia memiliki proporsi siswa "tangguh" (siswa dari latar belakang kurang beruntung namun berhasil meraih prestasi tinggi) tertinggi di antara negara-negara peserta PISA.
Meskipun secara kuantitas sistem pendidikan Indonesia mengalami kemajuan signifikan dalam berbagai aspek, kualitas sistem pendidikan di Indonesia mempunyai cerita yang berbeda. Masih banyak hambatan yang dialami oleh sistem pendidikan di Indonesia, yaitu:
a. Tingkat Kemahiran Siswa
Tingkat kemahiran siswa adalah luaran yang mencerminkan kualitas pendidikan saat ini. Hasil dari PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2022 menunjukkan skor rata-rata siswa Indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018 dalam ketiga subjek: matematika, membaca, dan sains. Bahkan siswa di Indonesia memperoleh skor di bawah rata-rata OECD untuk ketiga bidang yang diuji: matematika, membaca, dan sains.
1. Matematika: Hanya 18% siswa yang mencapai setidaknya Level 2 (tingkat kemahiran minimum) yang berarti mereka mampu menginterpretasikan dan mengenali representasi matematis dari situasi sederhana. Angka ini jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 69%. Hampir tidak ada siswa di Indonesia yang mencapai level teratas (Level 5 atau 6).
2.Membaca: Sekitar 25% siswa mencapai Level 2 atau lebih tinggi, yang berarti mereka dapat mengidentifikasi ide utama dalam teks berdurasi sedang. Rata-rata OECD untuk kategori ini adalah 74%. Hampir tidak ada siswa yang menjadi pembaca mahir di Level 5 atau 6.