Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutunggu Khatamku dan Khatammu

25 Agustus 2020   00:55 Diperbarui: 25 Agustus 2020   01:01 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

"Jadi mau kamu apa?"
"Aku mau kita menikah."
"Tidak gampang Dru. Aku perlu memikirkan banyak hal untuk katakan iya."
"Kalau begitu kita selesai."

Kutinggalkan Bram. Muka masam tak bisa kusembunyikan. Hati menggerutu, jantung berdegup kencang.
Terlihat Bang Tarjo menganga, antara mau menyapa aku dan menyapa Bram. Masih dengan baki yang lengkap dengan dua gelas kopi pesanan kami dan sepiring pisang goreng, Bang Tarjo kembali menyimpannya di dapur.

Terlihat Mei, ikut menyeka keringat, dengan tangan yang masih dia disimpan di atas mesin kasir, kemudian mengelus dadanya lantas pura-pura bersihkan meja seolah bingung dan kaget dengan suara gebrakan meja yang Bram lakukan.

"Mbak Dru. Pesanannya piye?"
"Buat kamu Bang. Bayarin dulu, besok aku kesini lagi."

"Mbak Dru..."
"Apalagi sih Bang Tarjo, aku buru-buru ini. Atau kamu kasih Bram sana di atas, biar dia yang bayar ya!"

"Loh bukan, Mbak Dru.."
"Bang Tarjooooooo aku bilang aku buru-buru, cepat sedikit kalau mau bicara."

"Ini Mbak, mau pergi kan?"
"Iya, aku kan sudah bilang aku mau pergi."

"Pakai mobil Mbak Dru kan?"
"Ya Allah gustiii, la iya masa pinjam punya kamu."
"Ini kuncinya Mbak, tadi kan aku yang parkirkan."

Tarjo ini benar-benar buat aku kesal. Orang lagi emosi kok bisa diajak bicara panjang lebar. Tinggal kasih kunci saja kan bisa, aku juga tak perlu malu akhirnya.

Kedai Tiga Kopi ini bukan kedai besar. Namun entah kenapa, tidak ada kopi seenak di sini. Padahal tempatnya tidak istimewa, tidak ada barista khusus, menunya juga tidak banyak variasinya, tapi Mas Haryo pemilik kedai selalu membuat aku nyaman berlama-lama minum kopi di sini.

Kuambil dengan sedikit kasar kunci mobilku dari tangan Bang Tarjo. Kucari mobilku, tidak kutemukan. Hanya ada 2 mobil yang terparkir. Mobil Mas Haryo yang diparkir tepat di samping tiang kedai dan mobil Kedai yang Mas Haryo siapkan untuk wara-wiri keperluan Kedai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun