Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bekerja Itu Mudah, yang Susah Mencari Pekerjaan

5 Agustus 2020   01:58 Diperbarui: 5 Agustus 2020   11:20 2480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Usia yang sudah tidak muda, aku pahami betul bahwa di usia di atas tiga puluh lima dengan pengalaman yang menurut kita sudah sangat fantastis, tetap saja susah-susah gampang untuk mencari pekerjaan di tempat baru.

Hal ini banyak penyebabnya, bisa dari internal juga eksternal.

Walaupun ada saja lowongan pekerjaan untuk usia "matang", tapi biasanya ada jalur tertentu yang harus diikuti. Kalau ikuti jalur normal bisa saja diterima tapi biasanya salary dan kawan-kawannya tidak seperti yang diharapkan.

Menyikapi hal ini sedikit banyak membuat saya ingin mencari tahu, bukan untuk sekadar ingin tahu saja namun ingin berbagi untuk siapa saja yang mau mendengerkan uneg-uneg yang bagi sebagian orang mungkin membuat eneg.

Aku bukan tipe kutu loncat juga bukan tipe aji mumpung, aku adalah tipe pekerja yang cenderung percaya dengan pilihan Tuhan, semua dibiarkan mengikuti alur-Nya, walau kadang suka iseng stalking LinkedIn, itu hanya untuk mencari tahu profilku masih dilirik atau tidak.

Aku biarkan CV yang aku pajang, tidak aku upgrade. Hal ini dilakukan untuk menegaskan pemikiranku bahwa jika sudah waktunya pindah maka Tuhan akan membuat itu terjadi walau CV mu ala kadarnya.

Selama bekerja lima belas tahun, aku hanya bekerja di tiga perusahaan. Di perusahaan yang pertama aku harus keluar bekerja karena saat itu tidak diperbolehkan menikah dengan teman satu kantor, padahal aku nikahnya hanya dengan satu orang saja.

Lalu di perusahaan yang kedua, dengan salary UMR lebih sedikit, tanpa lembur, aku memutuskan untuk tetap bertahan sampai work anniversary memasuki usia kedua belas.

Alasanku saat itu adalah aku sudah sangat nyaman dengan teman-teman kerjaku, dengan salary apa adanya kita masih bisa tertawa bersama. Padahal jika jam makan siang tiba, masing-masing saling menghina pendapatan yang tak sepadan dengan pengeluaran.

Akhirnya sampai batas waktu yang sudah aku tentukan karena yang kuharapkan tak kunjung datang atau dalam arti lain, usaha sudah, support untuk team dan kantor juga sudah tapi SK untuk upgrade tak kunjung datang maka loncatlah di perusahaan berikutnya.

Ini dilakukan dengan sangat terpaksa pula, karena komunikasi sudah dilakukan jauh-jauh hari dengan atasanku namun rupanya angin segar belum berpihak.

Bekerja di sebuah perusahaan startup, jreng jreng jreng.

Saat masuk pertama kali personilnya hanya lima orang. Aku yang sejarahnya berjibaku dengan dunia training dan sales konvensional, tiba-tiba berhadapan dengan "online".

Pernah sih bercita-cita bekerja di tempat online begini, seperti Zalora misalnya. Sebagai pelanggan setia Zalora, ketika masuk jadi bagian company ecommerce seperti ini, yang ada di bayanganku adalah mendapatkan barang branded dengan harga murah lebih dulu dibandingkan pelanggan secara umum.

Tapi Tuhan berkata lain, aku ditempatkan tetap sebagai Trainer di Ecommerce hanya productnya berupa snack.

Dan yang bikin menantang adalah aku banyak mendapatkan ilmu baru. Aku yang tidak pernah paham sama sekali tentang Digital Marketing tiba-tiba "dijeburin".

Masih dengan planga-plongo, tiba-tiba harus maintenance beberapa sales untuk menawarkan aplikasi dan tentunya harus ada angka penjualan.

Selama ini hanya bisa belanja, tidak paham siklus bisnisnya.

Lagi-lagi karena Tuhan, dalam hitungan minggu aku berhasil menyelami sedikit demi sedikit. Berhasil maintenance salesku yang tidak banyak lalu berhasil menjadi "influencer" tanpa aku sadari ketika penjualan sedikit merosot.

Lagi-lagi tanpa aku sadari dalam dua tahun bersama di Startup Company, banyak ilmu yang sudah aku serap, dan nilainya lebih dari sekadar uang.

Dituntut untuk menyampaikan knowledge keseluruh titik di Indonesia dan diimbangi dengan penjulalan setelahnya, untuk aku bukan hal yang mudah.

Satu sisi harus memastikan setiap training berlangsung, semua SOP dapat dijalankan dengan baik, di sisi yang lain akan ditemukan case yang mau tidak mau sedikit berbelok dari yang disampaikan namun tetap harus pada koridor yang aman.

Menurutku di sini tantangan kerjaku.

Otakku harus diputar terus bersama dengan teman-teman yang lain. Setiap hari harus menyuguhkan angka yang bagus untuk kita sampaikan di Sales Report, padahal aku adalah trainer bukan sales team. Namun tanpa kusadari aku menjalankan keduanya.

Dengan dibantu oleh team yang luar biasa, atasan yang menurutku beda dari yang lain, kami berhasil melaju dengan alur yang luar biasa. Dalam masa pandemik saja, kami masih bisa menyuguhkan nilai yang cantik.

Saat orang lain kesusahan untuk tembus angka yang normal, dalam kondisi terseok-seok, dari mulai kondisi Covid, anak sekolah libur, masa lebaran dan toko yang memilih menutup sementara lalu area yang banyak kena lockdown local, kami bisa bertahan. Dalam kondisi WFH sekalipun, kami masih bisa berkoordinasi dengan baik dengan 190-an area di Indonesia.

Inilah istimewanya. Salah satu hal yang membuat aku bertahan adalah, Tuhan telah memberikan perjalanan yang menyenangkan dalam dua tahun ini. Tidak pernah menginjakkan kaki di berbagai daerah yang istimewa di Indonesia sebelumnya.

Di sini aku sudah tandai kakiku di Pulau Jawa, sebagian Sumatera, Bali, dan Sulawesi.

Hingga pernah tiba-tiba aku melihat patung Pattimura ada di depanku. Subhanallah, jauh sudah aku melakukan perjalanan.

Sudah bak My Trip My Adventure, aku namai pekerjaanku sebagai My Time My Adventure

Kenapa My Time? Karena dengan aku berkelana, aku bisa menikmati kesendirianku. Aku menikmati pekerjaanku dan aku syukuri hadiah dari Tuhan. Berkeliling dengan nol rupiah, buatku sangat istimewa.

Maka ketika banyak teman yang mengeluh ingin keluar kerja, ingin berganti pekerjaan, mencacimaki pekerjaannya, mencacimaki perusahaannya, berbondong-bondong upgrade CV dan kirim ke beberapa perusahaan, aku hanya bisa sampaikan: sabar.

Tahukah kamu, bahwa Tuhan selalu turut campur atas usaha kita? Tahukah kamu, ribuan orang ingin duduk di posisimu? Tahukah kamu ribuan orang harus menangis kesal karena tak kunjung ada jawaban atas segala usaha melamar pekerjaannya?

Tahukah kamu ribuan orang masih sibuk hadiri pameran lowongan pekerjaan, bahkan ada yang berbayar untuk masuk ke acaranya saja yang kemudian jika aku tak keliru perhatikan, ini hanya akal-akalan Event Organizernya saja?

Tahukah kamu, bahwa jika kamu resign atas dasar salary-mu terlalu kecil atau sempat ribut dengan atasanmu atau karena beberapa hal normal yang sebetulnya akan terjadi di mana saja, pertanda bahwa kamu rakus?

Mari kita perhatikan, di setiap lowongan pekerjaan akan tertera "pengalaman", maka dengan kamu berpindah tempat, jelas kamu punya point lebih untuk isi posisi tersebut karena pengalamanmu.

Sementara setiap Universitas terus mencetak pengangguran-pengangguran baru, silakan hitung ex-mahasiswa yang buang-buang uang untuk beli amplop coklat, cetak foto, HVS, Kertas Folio jika mereka masih menggunakan sistem melamar pekerjaan konvensional atau mendatangi Pameran Lowongan Pekerjaan. Atau ada berapa orangtua yang tidak berhenti berdoa agar anaknya segera bisa bekerja.

Sementara itu lowongan untuk Fresh Graduate terbatas, biasanya lowongannya seputar dunia sales (bahkan untuk perusahaan besar akan ambil kandidat yang sudah pernah mejadi salesman karena tidak mau mengambil resiko productnya tidak dijual dengan optimal), atau dibentuk program Management Trainee, di sini lebih banyak variant pekerjaan yang ditawarkan.

Namun dasar dunia, ada saja yang membuat kita gatal komentar. Setelah banyak tahapan seleksi dilakukan, setelah diterima bekerja, baru saja beberapa bulan muncul keluhan. Emosi bertubi-tubi keluar yang diakhiri dengan nada mengancam, "kalau tidak berubah juga salary-nya, aku keluar kerja!", nah loh.

Kalau sudah begitu, dengan segenap hati aku mendadak jadi Mama Dedeh. Segala petuah sok bijak aku sampaikan. Setidaknya untuk mereka sadari bahwa bersyukur akan jauh lebih penting daripada berjibaku dengan emosi.

Biar mereka di luar sana memiliki kesempatan untuk posisi yang kamu incar, toh kamu sudah duduk di kursi perusahaan. Jangan rakus, bila setiap masalah yang kau anggap akan selesai bila keluar kerja dan berpindah tempat, seyakin apa kamu dengan hal tersebut?.

Kenyataannya, rumput tetangga selalu lebih hijau, saat kamu masuk ternyata lebih kering dari perusahaanmu sekarang.

Daripada kamu terus membandingkan perusahaanmu dengan perusahaan yang lain, lebih baik kamu upgrade kualitasmu. Percayalah, bila tiba waktunya kamu tidak usah tawarkan diri, namun perusahaan akan membeli bahkan dengan harga yang lebih tinggi dibanding perusahaan lainnya.

Jika kamu merasa sudah melakukan banyak hal dan menurutmu sudah sangat sempurna bahkan nilaimu seharusnya mendapatkan sepuluh, namun perusahaan tidak bergerak terus saja memberi nilaimu lima. Tenang, sisanya sedang Tuhan simpan untuk diberikan padamu pada waktu yang tepat.

Tuhan selalu punya cara yang bijak. Sekarang bekerjalah segenap hati, cintai pekerjaanmu maka hal yang baik akan datang mengikutimu. Karena Tuhan tidak akan pernah menutup mata untuk segala usaha terbaikmu.

Dan untuk teman-teman yang sampai saat ini belum juga mendapat pekerjaan, jangan lupa libatkan Tuhan dalam doamu. Jangan mengeluh dan berputus asa. Sesungguhnya Tuhan tahu yang terbaik untukmu.

Semangat!!!

#Bandung, 05 Agustus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun