Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bekerja Itu Mudah, yang Susah Mencari Pekerjaan

5 Agustus 2020   01:58 Diperbarui: 5 Agustus 2020   11:20 2480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Tahukah kamu ribuan orang masih sibuk hadiri pameran lowongan pekerjaan, bahkan ada yang berbayar untuk masuk ke acaranya saja yang kemudian jika aku tak keliru perhatikan, ini hanya akal-akalan Event Organizernya saja?

Tahukah kamu, bahwa jika kamu resign atas dasar salary-mu terlalu kecil atau sempat ribut dengan atasanmu atau karena beberapa hal normal yang sebetulnya akan terjadi di mana saja, pertanda bahwa kamu rakus?

Mari kita perhatikan, di setiap lowongan pekerjaan akan tertera "pengalaman", maka dengan kamu berpindah tempat, jelas kamu punya point lebih untuk isi posisi tersebut karena pengalamanmu.

Sementara setiap Universitas terus mencetak pengangguran-pengangguran baru, silakan hitung ex-mahasiswa yang buang-buang uang untuk beli amplop coklat, cetak foto, HVS, Kertas Folio jika mereka masih menggunakan sistem melamar pekerjaan konvensional atau mendatangi Pameran Lowongan Pekerjaan. Atau ada berapa orangtua yang tidak berhenti berdoa agar anaknya segera bisa bekerja.

Sementara itu lowongan untuk Fresh Graduate terbatas, biasanya lowongannya seputar dunia sales (bahkan untuk perusahaan besar akan ambil kandidat yang sudah pernah mejadi salesman karena tidak mau mengambil resiko productnya tidak dijual dengan optimal), atau dibentuk program Management Trainee, di sini lebih banyak variant pekerjaan yang ditawarkan.

Namun dasar dunia, ada saja yang membuat kita gatal komentar. Setelah banyak tahapan seleksi dilakukan, setelah diterima bekerja, baru saja beberapa bulan muncul keluhan. Emosi bertubi-tubi keluar yang diakhiri dengan nada mengancam, "kalau tidak berubah juga salary-nya, aku keluar kerja!", nah loh.

Kalau sudah begitu, dengan segenap hati aku mendadak jadi Mama Dedeh. Segala petuah sok bijak aku sampaikan. Setidaknya untuk mereka sadari bahwa bersyukur akan jauh lebih penting daripada berjibaku dengan emosi.

Biar mereka di luar sana memiliki kesempatan untuk posisi yang kamu incar, toh kamu sudah duduk di kursi perusahaan. Jangan rakus, bila setiap masalah yang kau anggap akan selesai bila keluar kerja dan berpindah tempat, seyakin apa kamu dengan hal tersebut?.

Kenyataannya, rumput tetangga selalu lebih hijau, saat kamu masuk ternyata lebih kering dari perusahaanmu sekarang.

Daripada kamu terus membandingkan perusahaanmu dengan perusahaan yang lain, lebih baik kamu upgrade kualitasmu. Percayalah, bila tiba waktunya kamu tidak usah tawarkan diri, namun perusahaan akan membeli bahkan dengan harga yang lebih tinggi dibanding perusahaan lainnya.

Jika kamu merasa sudah melakukan banyak hal dan menurutmu sudah sangat sempurna bahkan nilaimu seharusnya mendapatkan sepuluh, namun perusahaan tidak bergerak terus saja memberi nilaimu lima. Tenang, sisanya sedang Tuhan simpan untuk diberikan padamu pada waktu yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun