Aneh yaaaa,
Penolakan yang sudah aku siapkan sedemikian rupa tak mampu untuk menekan rasa yang semakin menjelma, tak perlu aku sampaikan, sutradaraku sudah mengijinkan aku berlaku seperti ini saja aku sangat tersanjung.
Sempurna, selayaknya sedang berjalan membelah rumput pagi.
Aku ijinkan pikirku menggambar suasana malam ini seperti itu.
Aku berjalan ditemani desiran angin dibalik embun yang tersembunyi di tingginya rumput yang sangat menikmati sentuhan kecilku hanya untuk sekedar menurunkan embun berpindah pada jariku.
Berjalan terus, aku langkahkan kaki diatasi kerikil yang berderik saat kuinjak.
"Kau kenapa? Kau tidak suka aku injak?"
Itu sudah takdirmu, terima saja.
Sekalipun kau diinjak ribuan kaki, kau adalah penyempuna dari indahnya tanah disepanjang jalan ini.
Aku terdiam, kubungkukkan dan kucondongkan badanku.
Aku genggam kerikil yang sedang menatapku.