Beberapa hari ini kita melihat tayangan fyp yang menampilkan suasana demonstrasi oleh masyarakat pati kepada sang pemimpin daerahnya yaitu bupati Sudewo. Unjuk rasa yang mengakibatkan banyak fasilitas yang rusak bahkan memakan banyak korban baik oleh pihak masyarakat maupun pihak kepolisian dilatarbelakangi oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Bupati Sudewo.
Pada mulanya unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat Pati ini disebabkan karena Bupati Sudewo pada awal agustus mengumumkan kenaikan PBB-P2 (Pajak Bumi Bangunan -- Pedesaan dan Perkotaan) hingga 250% dengan dalih mengejar ketertinggalan penyesuaian pajak selama 14 Tahun. Ia mengatakan "tambahan pendapatan ini akan digunakan untuk mempercepat pembangunan daerah. Sudewo menegaskan bahwa warga miskin akan mendapat pembebasan atau keringanan prosesnya. Â Hal ini menuai protes dari masyarakat Pati, kebijakan ini kemudian ia cabut pada tanggal 8 Agutus yang lalu. Sayangnya walaupun kebijakan ini sudah dicabut namun masyarakat sudah tidak mempercayai lagi Sudewo untuk menjadi seorang pemimpin yang tepat sehingga masyarakat tetap melakukan aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi ini bukan hanya mempermasalahakan kenaikan pajak saja melainkan ada beberapa hal kebijakan yang dilakukan oleh Sudewo yang tidak tepat dan dirasa begitu menyengsarakan rakyat sehingga masyarakat Pati menuntuk untuk Sudewo turun dari jabatan sebagai Bupati Pati. Â Selain itu masyarakat juga menyampaikan aspirasi dan kebijakan sudewo yang dinilai tidak tepat. Adapun point-point penting yang disampaikan oleh para demonstran yaituÂ
1. Pengunduran diri Bupati Sudewo
Warga menuntut agar Bupati lengser karena dianggap telah kehilangan kepercayaan publik. Mereka menilai kepemimpinannya arogan dan tidak berpihak kepada rakyat.Kabar On Time - Ontime Mengabarkansuara.comAntara News
Kearoganan atau sikap egois sesuka hati Sudewo ini dapat dilihat oleh kebijakannya selama memimpin seperti pertama kebijakan Bupati Kabupaten Pati yang memecat sebanyak 220 (dua ratus dua puluh) Pegawai BLUD RSU Soewondo dan tanpa diberi sepeserpun pesangon yang menjadi hak mereka. Kedua mengganti slogan kebanggaan Kabupaten Pati yang semula "PATI BUMI MINA TANI" menjadi "PATI MUTIARA". Ketiga  keputusan Bupati Kabupaten Pati tentang pengangkatan para pejabat yang rangkap jabatan di dalam pemerintahan Kabupaten Pati. Dimasa kepemimpinan Sudewo ini ada banyak pejabat yang rangkap jabatan. Kebijakan rangkap jabatan ini sangat tidak efektif dan hanya akan memperkaya pelaku yang rangkap jabatan karena memiliki dua gaji sekaligus sedangkan dari segi kinerja tidak akan optimal dalam melakukan fungsi dan tugasnya. Ada banyak pejabat yang rangkap jabatan yakni sebagai berikut:
- Riyoso menjabat sebagai Kaepala Dinas DPUTR merangkap PLT Sekretaris Daerah Kabupaten Pati.
- Bhakti Yuniar Isthony menjabat sebagai Camat Cluwak merangkap PLT Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pati.
- . Andrik Sulaksono menjabat sebagai Camat Sukolilo merangkap PLT Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati.
- Yogo Wibowo menjabat sebagai camat Jakenan merangkap PLT Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Pati.
- Febes Mulyono menjabat sebagai Sekretaris DPUTR merangkap PLT Kepala BPKAD Kabupaten Pati.
- Lucky Pratugas Narimo menjabat sebagai Camat Winong merangkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati;
- Arif Fadhillah menjabat sebagai Camat Margorejo merangkap Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Pati.
- Â Sriyatun menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati merangkap PLT Kasatpol PP Kabupaten Pati;
2.Penolakan penerapan lima hari sekolah
Kebijakan ini dianggap tidak sesuai dengan kondisi masyarakat lokal dan menuai penolakan luas.Kabar On Time - Ontime Mengabarkansuara.com
Tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat selanjutnya mengenai kebijakan lima hari sekolah. Kegiatan belajar lima hari sekolah memang sudah banyak dilakukan di daerah-daerah lain. Namun bagi masyarakat Pati kebijakan ini dinilai belum sesuai jika diterapkan di Pati.
- Pembatalan renovasi Alun-alun Pati sebesar Rp2 miliar
Proyek ini dinilai pemborosan, terutama di saat rakyat merasakan dampak ekonomi.Kabar On Time - Ontime Mengabarkansuara.com. Tuntutan selanjutnya yang disampaikan mengenai renovasi Alun-alun Pati. Nominal pembiayaan yang dikeluarkan senilai 2 miliar hal ini tentu ditolak tegas oleh masyarakat. Dengan nominal yang sedemikian besar harusnya anggaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Tentut proyek ini hanyala sebagai pemborosan terlebih perekonomian masyarakat yang masih terbilang rendah.
- Penolakan pembongkaran Masjid Alun-alun Pati
Masyarkat juga menolak dengan tegas terhadap keputusan Sudewo yang akan melakukan pembongkaran Masjid Alun-alun Pati. Hal ini didasarkan karena masjid tersebut mengandung nilai sejarah dan simbolik yang tinggi, masyarakat menolak rencana pembongkarannya. Selain itu penilaian masyarakatpun masjid tersebut yang masih layak pakai Kabar On Time - Ontime Mengabarkansuara.com
- Evaluasi proyek videotron senilai Rp1,39 miliar
Proyek ini dianggap tidak prioritas dan seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak.Kabar On Time - Ontime Mengabarkansuara.com. Penggunaan proyek videotron dengan nominal 1,39 miliar memang proyek yang sangat tidak masuk akal. Nomonil yang begitu fantastis hanya untuk videotron, sungguh sangat mengecewakan masyarakat sedangkan diluar sana masih banyak masyarakat yang kelaparan yang membutuhkan bantuan. Penggunaan videotron,ini menuai banyak kritik karena mengakibatkan pemborosan/kerugian terhadap keuangan daerah Kabupaten Pati. Proyek ini tidak mendesak, sebaiknya dialihkan ke kebutuhan penting lainnya.
Wah gimana menurut kalian kebijakan yang dilakukan oleh Bupati Sudewo? Benar-benar kebijakan yang menyengsarakan rakyat kan. Dari kisah Bupati Sudewo ini menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya bagi para pejabat yang saat ini memimpin, mengambil kebijakan dan keputusan terhadap daerah yang dipimpin. Dari kisah ini menggambarkan bagaimana kekuatan penuh yang dilakukan oleh masyarakat mampu mendorong seorang pemimpin untuk turun dari jabatannya.seorang pemimpin yang baik seharusnya mendengarkan aspirasi rakyat, Â ketika suara masyarakat tidak didengar maka suara masyarakat itulah yang akan menjatuhkan seorang pemimpin. Karena demokrasi yang sebenarnya adalah suatu kebijakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat bukan untuk kepentingan pribadi apalagi memperkaya diri.
Kejadian di Pati menjadi pelajaran penting bagi kepala daerah lain agar tidak semena-mena dalam membuat kebijakan dan harus pro kepada masyarakat. Â Seorang pemimpin harus sensitif terhadap aspirasi masyarakat dan mampu menahan diri---terutama dalam menghadapi isu-isu yang menyentuh hidup rakyat. Pemerintahan daerah juga perlu transparansi, akuntabilitas, serta akses publik terhadap anggaran dan kebijakan daerah.
Pelajaran berharga yang kita dapatkan dari kisah Bupati Pati selanjutnya yaitu pentingnya untuk menjaga lisan. Kemarahan masyarakat semakin meningkat setelah beredar video Sudewo yang mengatakan Siapa yang akan melakukan aksi, Yayak Gundul? Silakan lakukan, jangan hanya 5 ribu orang, 50 ribu orang suruh mengerahkan saya tidak akan gentar. Saya tidak akan merubah keputusan tetap maju dan saya instruksikan semua aparatur pemerintah Kabupaten Pati tidak boleh beginning apapun dengan Yayak Gundul. Silakan kalau ada pihak pihak yang mau demo silakan. Saya tidak akan gentar, tidak akan mundur satu langkah," dari kata-kata yang dikeluarkan oleh Sudewo menujukan betapa ia sombong dan merasa berkuasa padahl sebagai pemimpin handaknya kita menjaga uacapan kita agar tidak menimbulkan keresahan, Â jangan semena-mena mengambil keputusan, jangan tinggi hati dan jangan menantang orang yang dipimpin serta dikecewakan
Media menyampaikan bahwa demonstrasi massa bukanlah tindakan brutal tanpa alasan. Justru, ini merupakan ekspresi aspirasi warga yang mungkin tidak tersalurkan melalui saluran formal. Dengan demikian, pemimpin perlu menyambut dialog, bukan memandang demonstrasi sebagai ancaman. Kisah Bupati Pati ini menjadi refleksi bagi kita bersama  bahwa sejarah panjang negeri ini, kekuasaan selalu datang bersama ujian, bukan sekadar kehormatan. Ia ibarat beban yang ditempatkan di bahu seseorang, dapat menjadi sumber maslahat jika dipikul dengan hati-hati, atau menjadi petaka jika diemban dengan angkuh. Amanah akan selalu menuntut pemegangnya, dan ketika ia diuji, hanya dua kemungkinan yang tersisa: terjaga dengan baik, atau runtuh bersama harga diri yang menentangnya. Para pejabat publik, ingatlah bahwa sejarah tidak pernah memihak mereka yang menantang rakyatnya sendiri. Dan mari menjadi pejabat yang berkerja untuk rakyat dan menjalankan tugas dan fungsi dengan  sebaik-baiknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI