Mohon tunggu...
CIAS
CIAS Mohon Tunggu... Sunan Gunung Djati Bandung

CIAS merupakan lembaga yang diharapkan dapat menjadi pusat pemikiran, riset, publikasi dan pengabdian di bidang Administrasi, Kebikakan dan Kelembagaan Islam, baik itu untuk pemerintahan maupun organisasi publik lainnya seperti Ormas, NGO, Yayasan, Koperasi Syaria’h, BMT, BAZ, LAZ, UPZ, DKM, dan organisasi Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepoin Metode nentuin Awal Ramadhan Yuk!

1 Maret 2025   09:52 Diperbarui: 3 Maret 2025   21:00 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis Oleh : Kamila Zahra (Sekretaris Operasional CIAS)

Setiap Tahun Masyarakat, Khususnya di Indonesia selalu ramai membahas perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan antara Muhammadiyah dan NU. Padahal, dua ormas Islam terbesar ini punya metode yang berbeda Nahdlatul Ulama (NU), memiliki pendekatan yang berbeda dalam menentukan awal bulan suci ini. Perbedaan ini terletak pada metode yang digunakan, Mulai pada interpretasi dan praktik keilmuan yang berbeda. Muhammadiyah dikenal dengan penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal. Metode ini mengandalkan perhitungan astronomis yang sangat cermat untuk menentukan posisi bulan. Dengan pendekatan ini, Muhammadiyah dapat menetapkan awal bulan Ramadan jauh-jauh hari sebelumnya, berdasarkan data astronomi yang akurat. Di sisi lain, NU lebih mengutamakan metode rukyatul hilal. Metode ini melibatkan pengamatan langsung terhadap hilal, yaitu penampakan bulan sabit pertama, setelah matahari terbenam. NU juga menggunakan hisab sebagai alat bantu, tetapi hasil rukyatul hilal tetap menjadi penentu utama. Dalam praktiknya, NU menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) sebagai standar dalam menentukan visibilitas hilal. Perbedaan ini terutama terjadi antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Meskipun terdapat perbedaan, penting untuk dipahami bahwa kedua metode ini memiliki dasar syar'i dan tujuan yang sama, yaitu menentukan awal bulan Ramadan untuk memulai ibadah puasa. Perbedaan ini mencerminkan kekayaan khazanah keilmuan Islam dan keragaman dalam memahami ajaran agama. Dengan adanya perbedaan ini juga menunjukkan pentingnya toleransi dan saling menghormati antarumat beragama. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, berperan sebagai fasilitator yang berupaya menyelaraskan perbedaan ini melalui sidang isbath. Pada akhirnya, baik metode hisab maupun rukyatul hilal memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana umat Muslim di Indonesia dapat menyikapi perbedaan ini dengan bijak, menjaga persatuan, dan menjalankan ibadah puasa dengan khusyu.

            Muhammadiyah didasarkan pada pemahaman bahwa Al-Qur'an mendorong umat islam untuk menggunakan akal dan ilmu pengetahuan. Seperti dalam Q.s. Yunus: 5 yang Berbunyi :

Artinya : "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus: 5).

Ayat ini menjadi dasar bahwa Allah memberikan petunjuk agar manusia menggunakan perhitungan dalam menentukan waktu, Sedangkan Metode pada NU ini didasarkan pada hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk melihat hilal secara langsung. Seperti yang terkandung dalam (QS. Al-Baqarah : 185).

Artinya : "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur".

Dari perspektif Administrasi Publik, perbedaan ini memunculkan beberapa poitn penting diantara nya Perbedaan metode ini adalah realitas yang perlu dikelola dengan bijak. Pemerintah, sebagai fasilitator, memiliki peran penting dalam menjembatani perbedaan ini melalui komunikasi publik yang efektif dan transparan. Perbedaan penentuan awal Ramadan dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk meminimalkan dampak negatif dari perbedaan. Walaupun beda metode, tujuan Keduanya sama kok, yaitu menentukan kapan awal mulai berpuasa. Perbedaan ini justru nunjukin kalo Islam itu kaya akan ilmu dan cara pandang. Kita juga diajak buat saling toleransi dan menghormati perbedaan. Pemerintah lewat Kementerian Agama juga bantu menyatukan perbedaan ini lewat sidang Konferensi isbath. Pada akhirnya, baik metode hisab maupun rukyatul hilal memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Perbedaan metodologi ini sering kali menghasilkan perbedaan dalam penetapan tanggal awal Ramadan. Muhammadiyah, dengan metode hisabnya, cenderung menetapkan tanggal lebih awal berdasarkan perhitungan astronomi. Sementara itu, NU, dengan metode rukyatnya, menunggu hasil pengamatan hilal yang dilakukan sebelumnya. Meskipun terdapat perbedaan, penting untuk dipahami bahwa kedua metode ini memiliki dasar syar'i dan tujuan yang sama, yaitu menentukan awal bulan Ramadan untuk memulai ibadah puasa. Perbedaan ini mencerminkan kekayaan khazanah keilmuan Islam dan keragaman interpretasi dalam memahami ajaran agama.

Perbedaan menunjukkan pentingnya toleransi dan saling menghormati antarumat beragama. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama berperan sebagai fasilitator yang berupaya menyelaraskan perbedaan ini melalui sidang isbath, yang melibatkan para ahli astronomi dan perwakilan dari berbagai organisasi Islam. Jadi jangan galau lagi, tetap Bijak dalam Bermedia Sosial dengan Tidak Menyebarkan Informasi Hoax, juga provokatif terkait perbedaan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun