Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Untuk Apa Cuti, Kan Kamu WFH?"

6 Oktober 2020   20:50 Diperbarui: 12 Oktober 2020   19:51 2473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini udah minggu ke-3 gue lembur, dan weekend pun gue tetap kerja. Sampai gak inget hari dan jam lagi. Pokoknya gue harus stand by terus sampai jam 3 pagi di depan laptop." - Karunia, Channel Development 

"Bahkan masih jam 7 pagi udah ditelepon oleh atasan. Karena sesungguhnya WFH itu adalah Working Full Hour." - Irma, Purchasing Staff 

"Aku WFH dari bulan April sampai Desember, tapi semua jatah cuti langsung dianggap hangus. Katanya, itu semua sudah kebijakan dari perusahaan." - Gary, Accounting Officer 

"Gue mending WFO daripada WFH. Kalau WFO, minimal jam 6 udah bisa pulang.  Kalau WFH, kadang jam 9 malam masih urus data. Karena buat gue, WFH adalah toxic sesungguhnya di lingkungan kerja" - Kendar, Assistant Manager 

"Lagi BAB, salat, dan makan siang tetap dituntut online di depan laptop. Harus fast respond maksimal 5 menit. Gak bisa meninggalkan meeting karena meeting dari jam 8 pagi dan lanjut terus sampai jam 6 atau 7 malam. Jangankan makan, kadang mandi pun juga gak sempat. Mereka pikir saya gak punya kehidupan pribadi, ya?" - Eca, Research Assistant 

...dan masih banyak keluhan serta pandangan dari mereka yang merasakan lelahnya WFH, yang tidak sempat saya tuliskan satu per satu.

Tidak ingin menyalahkan apapun dan siapapun, karena diterapkannya WFH adalah anjuran yang sangat tepat demi membantu pemerintah mengurangi jumlah pasien yang terinfeksi virus corona di Indonesia. 

Namun tentang penerapan WFH itu sendiri, alangkah baiknya bila ada saling pengertian antara sesama rekan kerja, juga fasilitas yang memadai dari perusahaan itu sendiri. 

Karena bekerja dari rumah bukan berarti kami sebagai karyawan merasa senang berlebih dengan dalih bisa bersantai. Percayalah, kami berusaha semaksimal mungkin bekerja dari rumah dengan keterbasan yang ada, dengan segala urusan pribadi yang kami kesampingkan demi terus bekerja untuk perusahaan. 

Akhir kata, untuk segala sesuatu yang menjadi hak karyawan, sebaiknya jangan pernah dirampas. 

Jakarta, 2020.
Christie Stephanie Kalangie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun