Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makna Terbaik dari Ramadhan adalah Bersyukur atas Segala Nikmat

11 Maret 2024   18:18 Diperbarui: 11 Maret 2024   18:19 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: insanmadanijambi.org

Gerbang Ramadhan di tahun 1445 H atau 2024 masehi telah terbuka, panggilan bagi orang-orang yang beriman untuk melaksanakan kewajibannya berpuasa selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah diwajibkan bagi orang-orang terdahulu, agar mereka menjadi orang yang bertakwa.

Puasa bukan sekedar ibadah fisik (jasmani) dengan menahan lapar dan haus serta menahan syahwat di siang hari, tetapi yang terpenting puasa adalah ibadah rohani yang akan menuntun kita menuju derajat takwa.

Ibadah puasa menuntut kesiapan diri lahir dan bathin. Bagaimanapun kondisi dan keadaan kita kewajiban berpuasa tidak bisa ditawar-tawar kecuali dalam kondisi dan keadaan yang memang tidak memungkinkan secara syar'i, seperti dalam keadaan sakit yang memang tidak memungkinkan untuk berpuasa, musafir, dan hal-hal syar'i lainnya.

Di saat ummat muslim di seluruh penjuru dunia menyambut gembira datangnya Ramadhan Karim yang penuh keberkahan ini, di satu sisi ada orang-orang yang menyambut Ramadhan dalam kondisi keprihatinan yang mendalam, seperti saudara-saudara muslim Palestina, atau saudara-saudara kita yang kebetulan diuji dengan bencana.

Sejatinya setiap orang tentu ingin menjalankan ibadah puasa dalam ketenangan, kedamaian dan kekhusyu'an, tetapi kondisi yang kita hadapi tentu tidak mesti seperti itu, seperti di kota saya yang beberapa hari belakangan ini dilanda musibah banjir bandang yang cukup menyesakkan dada, dengan begitu banyak korban harta benda dan bahkan juga nyawa.

Dan kondisi cuaca sampai saat ini masih belum berubah, ancaman banjir masih terus menghantui warga yang masih trauma dengan bencana yang terjadi. Kegembiraan yang semestinya terpancar demi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, menjadi sedikit kelam.

Namun, sebagai insan beriman yang dipanggil untuk menjalankan ibadah puasa, apapun kondisi dan keadaannya semua harus disyukuri sebab di balik kesulitan pasti akan ada kemudahan sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur'an Surat Al-Insyirah yang dua kali mengulangnya dalam Ayat 5 dan 6.

Kesyukuran terbesar adalah kita masih diberi kesempatan, dan diberi kesehatan bertemu dengan pintu-pintu rahmat, pintu-pintu pengampunan dan pintu-pintu pahala yang terbuka seluas-luasnya, sebagaimana dikatakan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

"Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan,".

Sungguh salah satu makna terbaik dari bulan Ramadhan adalah memanifestasikan rasa syukur atas segala nikmat Allah Subhanahu Wa Taala, agar kekhusyu'an dan keberkahan Ramadhan itu betul-betul bisa kita raih.

Firman Allah dalam Surat Al Baqarah Ayat 152: "Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku".

Dari ayat ini, Allah Allah Subhanahu Wa Taala, jelas menegaskan kepada seluruh hambanya untuk selalu mengingat-Nya dalam keadaan apapun. Sungguh ada orang yang mengingat Allah saat Ia dalam kesusahan, dan segera melupakan Allah saat sedang dalam senang.

Atau sebaliknya Ia mengingat Allah saat senang, tetapi ketika tertimpa musibah atau ujian Ia justru berpaling dan melupakan Allah demi mendapatkan kembali kesenangannya. Dan yang lebih celaka lagi adalah orang-orang yang tidak pernah mengingat Allah di dalam apapun keadaannya, Naudzubillah min dzalik.

Tak hanya itu, dari ayat di atas, Allah SWT juga mengingatkan bahwa hambanya harus selalu bersyukur kepada-Nya dan jangan mengingkarinya, karena orang yang tidak mengingkari Allah (bertakwa) pastilah akan mendapatkan sebaik-baiknya tempat di sisi-Nya.

Mungkin sebagian orang akan berkata, bahwa bersyukur dalam keadaan lapang, dalam keadaan senang tentu mudah, namun bagaimana halnya dengan orang-orang yang yang sedang berada dalam kesempitan, tidak punya uang dalam situasi ekonomi yang serba mahal memasuki bulan puasa ini, atau bagaimana dengan yang tertimpa musibah?.

Subhanallah, memanifestasikan rasa syukur itu sejatinya tidak melihat kondisi kelapangan ataupun kesempitan selagi Allah masih memberikan kita dua kenikmatan yang sering diabaikan yakni nikmat waktu (kesempatan) dan sehat.

Sebagaimana hadist dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu',".

Maka bersyukurlah kita yang masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan dalam kondisi sehat yang memungkinkan kita untuk berpuasa, sungguh Allah telah berjanji dalam Surat Ibrahim Ayat 7

Yang artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya adzab-Ku teramat keras.

Sungguh dengan rasa syukur yang bersungguh-sungguh atas nikmat Allah akan langsung membawa kelapangan dalam melaksanakan ibadah, shalat kita, puasa kita, tartil Qur'an kita akan benar-benar meresap ke dalam kalbu dan kenikmatan seperti ini adalah kenikmatan yang tak terbeli kecuali dengan bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun