Kebiasaan "mesumba-sumba" ini menjadi satu daya rekat bagi keharmonisan masyarakat di sana, meskipun yang namanya perselisihan pasti akan terjadi di masyarakat, akan tetapi dengan adanya kearifan lokal, perselisihan yang lebih luas masih bisa teredam dengan mengingat keakraban yang tidak pernah putus oleh kewajiban saling sumbang menyumbang ini.
Bagaimana tidak, meskipun engkau orang mampu, tetapi sumbangan wajib itu tetap harus diberikan dan nantinya harus saling berbalas. Yang mampu tentunya bukan lagi dengan tiga liter beras dan uang sepuluh ribu rupiah, tetapi tentu jauh lebih besar dari itu.
Hidup harmonis dengan tetangga, sebenarnya bukan hal yang sulit, jika masyarakat sadar dan mau menerapkannya, banyak cara dan model yang bisa dilakukan, orang sekarang kan sudah cerdas-cerdas, orang kampung saja punya kearifan yang bisa dicontoh.