Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai 5 Peribahasa Bugis dalam Kehidupan

13 Juni 2021   22:07 Diperbarui: 13 Juni 2021   22:20 4122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hanya dengan kerja keras dan ketekunan maka akan mudah mendapatkan ridho oleh Tuhan."

Peribahasa atau petuah ini menjadikan orang Bugis apalagi yang di perantauan dikenal pantang menyerah dan gigih dalam berusaha. 

Peribahasa inilah "Resopa Temmangingngi' Namalomo Naletei Pammase Dewata" yang selalu dipegang kuat oleh mayoritas masyarakat Suku Bugis sebagai pemicu semangat dalam keberhasilan. Dan dijadikan motivasi bagi mereka yang meninggalkan tanah Bugis ke tempat perantauan. Peribahasa atau ungkapan ini pernah diucapkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan juga presiden Joko Widodo dalam pidatonya untuk menyemangati jajaran kabinetnya dan juga masyarakat secara umum.

5. Iapa naulle taue mabbaina narekko naulleni magguli-lingiwi dapurengnge wekka pitu.

Secara harafiah terjemahannya adalah:

"Nantilah seseorang dapat beristeri, jikalau telah sanggup mengelilingi dapur tujuh kali."

Peribahasa ini menggambarkan betapa masalah rumah tangga itu penuh dengan dinamika yang harus dipahami secara benar.
Kata "dapur" dalam hal ini, bermakna sebagai pokok dalam kehidupan berumah tangga, yang harus "dikelilingi" sebanyak tujuh kali. Hal ini bermakna bahwa Seseorang yang hendak menikah harus tahu segala hal tentang urusan rumah yang berlaku setiap hari (mengelilingi 7 kali melambangkan 7 hari).

Pesan singkat dari peribahasa ini bahwa seorang suami setelah menikah hendaknya harus mampu memikul tanggung jawab dan mengetahui tugas dan kewajibannya dalam berumah tangga.

Sederet kalimat bukan saja kumpulan kata-kata, namun bisa memiliki makna yang mendalam. Jika di masa kini orang-orang rela membayar mahal demi mengikuti seminar motivasi dari motivator-motivator seperti Mario Teguh, Andrie Wongso, Merry Riana, Tung Desem Waringin atau Bong Chandra, mungkin di masa lalu orang-orang dimotivasi dan termotivasi dengan meresapi makna-makna yang terkandung dalam peribahasa yang diciptakan oleh entah siapa, namun boleh dikata oleh "tetua" atau "sesepuh".

Peribahasa yang mungkin sederhana namun lahir dari pemahaman yang mendalam tentang hubungan sebab akibat antara alam dan manusia serta Tuhan sebagai yang maha kuasa.

Dan yang terpenting daripada itu semua, mari kita jaga, kita lestarikan dan kita kembangkan adat budaya kesusastraan Nusantara sebagai kekayaan budaya luhur bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun