Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berani Berhenti Merokok, Apapun Jenisnya

1 Juni 2021   08:51 Diperbarui: 1 Juni 2021   09:24 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun seiring berjalannya waktu, kenakalan untuk bersentuhan dengan rokok kembali muncul saat SMP, awalnya hanya iseng-iseng lama kelamaan akhirnya saat SMA saya sudah jadi perokok aktif, meski masih sembunyi-sembunyi kalau di rumah dan di sekolah.

Kebiasaan ini muncul karena hampir semua teman bermain juga merokok, dan di lingkungan sekitar, orang-orang dewasa atau kakak senior sering menyuruh kami untuk membelikan rokok, melihat mereka merokok dan terpapar rokok secara pasif yang akhirnya ikutan merokok. Mulanya sebatang rokok dihisap beramai-ramai, lalu mulai membeli sendiri. Kalau tidak punya uang, cari teman yang lagi merokok lalu minta "estafet" atau kami istilahkan juga "steken" yang artinya rokok yang dihisap teman itu diestafetkan untuk kami hisap.

Saya masih ingat satu kejadian, saat saya kepergok bapak sedang merokok, bapak saya sendiri bukan perokok, sejak kecil hingga meninggal dunia tidak pernah merokok. Saya diceramahi habis, dan bapak kasih pertanyaan ke saya.

"Apa untungnya merokok bagi kamu.?" tanya bapak saya.

"Merokok itu mendorong saya untuk mencari uang" jawab saya yang memang tidak tahu apa untungnya merokok itu.
Bapak saya ketawa dan dengan ringan berkata.

"Iya mendorong mencari uang, tapi carinya di dompet bapak, pantas uang sering hilang dari dompet rupanya kamu." Dan saya hanya bisa diam karena akhirnya ketahuan saya yang sering ngambil uang bapak di dompet.

Kebiasaan merokok akhirnya terus menjadi kebiasaan saya, apalagi sejak kuliah yang saya tempuh di perantauan di Kota Malang, saya jadi perokok berat yang dalam sehari menghabiskan 3 bungkus rokok. Sepanjang perjalanan merokok saya, telah berganti-ganti merek rokok, mulai rokok B*****l, Dj***m, G****g G***m, M******o dan terakhir D** s** s**.

Pernah beberapa kali sadar betapa merugikannya merokok dan berniat untuk berhenti merokok, namun selalu gagal dan gagal lagi. Saya merasa kegagalan berhenti ini bukan hanya karena faktor kecanduan saja tapi lebih pada faktor sensasi psikologis, ketika melihat orang sedang menghisap rokok dan menghembuskan asap rokoknya dengan ekspresi yang nikmat, kontan dorongan untuk merokok itu seperti meronta-ronta dan sulit untuk ditahan jika memang tidak berniat bersungguh-sungguh berhenti merokok.

Keinginan untuk kembali merokok juga dipicu oleh kebiasaan saat-saat "ternikmat" dalam menikmati rokok, yang kalau saya itu adalah saat sehabis makan, saat begadang, saat mengerjakan tugas-tugas dan juga saat yang mungkin bagi sebagian orang menjijikkan yaitu saat buang air besar. Ini semua yang menjadi faktor penggagal keinginan berhenti merokok.

Tapi Alhamdulillah, sekarang ini saya sudah lama berhenti merokok yakni sejak tahun 2003 lalu. Setelah kurang lebih 20 tahun menjadi perokok.

Awalnya berhenti merokok cukup sederhana, saya terkena flu berat, batuk-batuk yang cukup menyiksa, kurang lebih sudah tiga hari belum reda juga batuknya, tapi saya masih merokok saja, tapi saya akhirnya bisa sadar bahwa setiap merokok batuk saya semakin menjadi-jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun