Â
Desiran angin pagi indah bersama tarian dedaunan di pucuk menghijau
Lenggak lenggok elang perkasa mengintai mangsa di balik lebat jenggala
Awan menghitam memikul janji, mencurahkan tirta sumber kehidupan buana
Lukisan alam yang teruntai laksana puisi, memanja tatap mata setiap insan yang bernurani
Tak kasat mata ada nafsu yang menggelora, menatap sang hijau penuh birahi
Dulu ia datang dengan launnya, lalu ia berubah belalah melahap tonggak-tonggak rimba
Ketika tersisa hanya bonggol akar yang merangas, engkau baru tersentak
Yang tertawa telah menghilang bersama jiwa rakusnya mencari korban baru
Yang ia wariskan hanya luapan air ketika hujan melanda, menggerus kampungmu
Dan kerontang yang menghirup semua tirta dari tanahmu hingga merangas
Tentu engkau tak mau menukar paru-parumu meski dengan sebongkah berlian
Maka janganlah terus terdiam, hingga kelebatan rimba hanya kau lihat dalam lukisan
Maka Janganlah terus terlena, hingga kerimbunan rimba hanya kau dengar dalam laguÂ
Maka Janganlah terus tercengung, hingga mata air telah berubah menjadi air mata
Aku hanya bisa menitip satu kata bagi negeri ini "peduli"
Kendari tepat dini hari 14072020
Â