Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teluk Kendariku yang Hilang

21 Juni 2020   06:47 Diperbarui: 21 Juni 2020   06:40 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teluk Kendari. (dok. pribadi Denny Lahundape)

TELUK KENDARIKU

Suatu sore di hari yang panas berbalut senyap. Dunia serasa hening dalam damai. Lengkung langit yang mulai merona jingga tampak jatuh dengan lembut di atas bumi; matahari seakan mulai lelah bersinar temaram senja telah datang menyapa.

Laut bagai suatu hamparan lembut selendang kebiruan. Perahu-perahu nelayan berbaris berwarna-warni mengapung tak bergerak seolah tertancap ke teluk jadi pematang bagi tepian. Seekor burung bangau terbang, dengan malas mengepakkan kedua sayapnya, dan di atas permukaan air burung yang lain masih berdiri dengan sebelah kaki bersiap mematuk ikan kecil yang tersesat diantara serakan sampah yang mengapung, lebih putih dan lebih cantik dari bangau yang di udara.

Dalam kemilau senja di kejauhan sebuah pulau berwarna lembayung seperti mengambang dengan sombongnya di atas air, atau barangkali merasa digjaya di bawah cahaya matahari yang mulai meredup sebuah karang yang ringkih dan menyendiri muncul di atas laut, bagai sebuah permata yang bercahaya mahkota teluk Kendari.

Pantai berbukit dengan karang-karang curam membungkuk ke laut; yang diselimuti oleh kesemrawutan tumbuhan merambat berwarna gelap, pohon-pohon kelapa dan bakau, serta dedaunan merah dan kecoklatan, tersenyum lembut menembus dedaunan rimbun yang perlahan-lahan turun menjulur ke laut, dan buah-buahan berwarna merah dan kuning seperti gemerlap bintang-bintang di atas malam bulan purnama yang dingin ketika langit gelap dan udara basah.

Langit dan laut serta jiwa tenang, dan dalam kesunyian itu seseorang rindu menyapa wajah teluk yang konon telah menghilang ditelan keserakahan, hanya doa sesal yang dipanjatkan kepada Tuhan sang Mentari, Bintang dan Rembulan _ yaa Tuhan turunkan laknat Mu hanya pada mereka yang membuat teluk ku menggelepar dalam tubuh ringkihnya yang menangis.....

Kendari, Juni 21 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun