Kala itu, Ammar sempat mengaku menyesal dan ingin berubah. Namun kini, publik justru dihadapkan pada kabar bahwa ia diduga bukan lagi pengguna, melainkan pengendali jaringan narkoba dari balik sel.
Kasus ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat: bagaimana narkotika bisa masuk ke rutan dengan begitu mudahnya?
Penggunaan aplikasi komunikasi terenkripsi, aliran barang yang lolos dari pemeriksaan, hingga peran napi dalam mengatur distribusi, semuanya menyoroti lemahnya sistem pengawasan di lembaga pemasyarakatan.
Pakar kriminologi dari Universitas Indonesia menyebut, "Selama masih ada celah komunikasi dan ekonomi di balik jeruji, maka peluang terjadinya transaksi gelap tetap ada. Sistem pengawasan harus diperketat, bukan hanya bagi napi, tapi juga jaringan luar yang berhubungan dengan mereka."
Publik Antara Simpati dan Lelah
Bagi banyak orang, nama Ammar Zoni kini menimbulkan perasaan campur aduk: antara iba dan jenuh.
Sebagian penggemar masih berharap ia bisa berubah. Namun sebagian lainnya merasa, "Sudah cukup. Tiga kali tersandung kasus narkoba, kini malah diduga mengedarkan dari dalam penjara, ini bukan lagi khilaf, tapi pilihan."
Sementara itu, pihak keluarga belum memberikan pernyataan resmi. Beberapa rekan artis memilih bungkam, meski tidak sedikit yang mengungkapkan keprihatinan di media sosial.
Cermin Kelam Dunia Hiburan
Kasus Ammar Zoni sekali lagi memperlihatkan sisi gelap dunia hiburan, di mana popularitas dan tekanan hidup bisa menjerumuskan seseorang pada lingkaran berulang narkotika.
Jika benar terbukti, maka kasus ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi juga tragedi personal seorang publik figur yang gagal keluar dari jerat masa lalunya.