Mohon tunggu...
Mardyaning Christ
Mardyaning Christ Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Have a good day!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tak Hanya tentang Budaya, tapi Ada Hal Lain yang Tidak Kalah Menarik dari "Sang Penari"

19 Oktober 2020   09:56 Diperbarui: 19 Oktober 2020   10:02 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap film tentunya memiliki paradigm tertentu, tak terkecuali dalam film Sang Penari. Paradigma yang ada dalam film akan tampak ketika sutradara menyuguhkan sebuah adegan yang mana dapat dikaji serta dianalisis.

Tujuan dari paradigma untuk dapat melihat pesan yang dihadirkan lewat sebuah film, merumuskan fokus-fokus utama yang ada dalam film, dan juga paradigma membantu dalam menentukan aturan-aturan yang digunakan ketika menginterpretasikan film.

Paradigma dari sebuah film, yaitu fungsionalisme (merupakan suatu yang sudah mendarah daging), empirisme (mengutarakan sebuah fakta-fakta yang masuk akal), fenomenologi (mengangat tentang sebuah fnomena yang dekat dengan kehidupan manusia), dan kritis (mencari sebuah kebenaran dan diharapkan membawa perubahan).

Dalam film Sang Penari paradigma yang digunakan oleh sutradara adalah paradigma fungsionalisme, karena dalam film Sang Penari ditunjukkan dari adanya sebuah budaya tari ronggeng di Dukuh Paruk yang sudah diajarkan oleh para leluhur dan mendarah daging, sehingga terus dilestarikan oleh masyarakat bahkan masyarakat terus menghormati dan tidak ingin menghilangkan budaya tari ronggeng.

Sebuah film tentunya akan melewati berbagai tahapan dan proses sebelum dapat ditayangkan dan dapat dinikmati oleh penontonnya. Tahapan tersebut meliputi tahap produksi atau proses pembuatan film yang mencakup membuat alur cerita, ide penulisan naskah hingga proses perekaman. Kemudian dilanjutkan dengan tahap distribusi yang merupakan proses dari sebuah film untuk dapat ditonton oleh masyarakat, misalnya penayangan di bioskop, perilisan dalam media-media online, dan televisi. Terakhir, adalah proses konsumsi yang mana dalam tahap ini msayarakat sudah dapat menonton serta menikmati film yang sudah didistrbusikan.

Produksi merupakan satu tahap pertama dalam menciptakan sebuah karya film. Film Sang Penari yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah, ditulis oleh Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan Shanty Harmayn serta diproduseri oleh Shanty Harmayn.

Ifan Isfansyah merupakan sutradara yang juga menggarap berbagai film seperti Siti, Garuda di Dadaku, Kucumbu Tubuh Indahku, Ambilkan Bulan, Pendekar Tongkat Emas, Abracadabra, Harap Tenang ada Ujian, 9 Summers 10 Autumns dan Hoax.

Ifa Isfansyah cukup dikenal sebagai sutradara film yang erat hubungannya dengan film yang mengangkat tentang kebudayaan serta film yang difestivalkan, namun ternyata beliau juga tidak menutup kemungkinan untuk menggarap genre film lainnya salah satunya adalah genre film horror (Kompas, 2020).

Dalam film Sang Penari kita dapat menganalisis dan mengamati semiotika yang muncul, misalnya saja dalam pengambilan gambar atau angle, kembanyakan yaitu eye level atau sejajar dengan pandangan kita ketika menonton. Dengan pandangan angle eye level membuat kita para penonton menjadi lebih nyaman ketika menonton film Sang Penari.

Sumber : tangkapan layar dari film Sang Penari diYouTube
Sumber : tangkapan layar dari film Sang Penari diYouTube
Dari film Sang Penari, para tokoh tentunya menggunakan make up atau tata rias. Make up yang digunakan dalam film Sang Penari yaitu membuat para tokoh terlihat kumal atau kurang merawat diri. Hal ini mencerminkan dalam film Sang Penari yang merupakan latar tempatnya merupakan desa yang cukup tertinggal dan penduduknya memiliki ekonomi kelas menengah kebawah yang kurang peduli dalam cara merawat diri.

Sumber : tangkapan layar dari film Sang Penari yang tayang di YouTube
Sumber : tangkapan layar dari film Sang Penari yang tayang di YouTube
Wardrobe atau pakaian serta aksesori yang digunakan oleh para tokoh masih sangat sederhana dan menggunakan pakaian tradisional seperti kebaya untuk tokoh perempuan. Hal ini dapat menandakan bahwa latar waktu yang digunakan dalam Film Sang Penari merupakan latar waktu zaman dahulu ketika belum ada pakaian yang seperti saat ini yang memiliki banyak pilihan warna dan bentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun