Setiap film tentunya memiliki paradigm tertentu, tak terkecuali dalam film Sang Penari. Paradigma yang ada dalam film akan tampak ketika sutradara menyuguhkan sebuah adegan yang mana dapat dikaji serta dianalisis.
Tujuan dari paradigma untuk dapat melihat pesan yang dihadirkan lewat sebuah film, merumuskan fokus-fokus utama yang ada dalam film, dan juga paradigma membantu dalam menentukan aturan-aturan yang digunakan ketika menginterpretasikan film.
Paradigma dari sebuah film, yaitu fungsionalisme (merupakan suatu yang sudah mendarah daging), empirisme (mengutarakan sebuah fakta-fakta yang masuk akal), fenomenologi (mengangat tentang sebuah fnomena yang dekat dengan kehidupan manusia), dan kritis (mencari sebuah kebenaran dan diharapkan membawa perubahan).
Dalam film Sang Penari paradigma yang digunakan oleh sutradara adalah paradigma fungsionalisme, karena dalam film Sang Penari ditunjukkan dari adanya sebuah budaya tari ronggeng di Dukuh Paruk yang sudah diajarkan oleh para leluhur dan mendarah daging, sehingga terus dilestarikan oleh masyarakat bahkan masyarakat terus menghormati dan tidak ingin menghilangkan budaya tari ronggeng.
Sebuah film tentunya akan melewati berbagai tahapan dan proses sebelum dapat ditayangkan dan dapat dinikmati oleh penontonnya. Tahapan tersebut meliputi tahap produksi atau proses pembuatan film yang mencakup membuat alur cerita, ide penulisan naskah hingga proses perekaman. Kemudian dilanjutkan dengan tahap distribusi yang merupakan proses dari sebuah film untuk dapat ditonton oleh masyarakat, misalnya penayangan di bioskop, perilisan dalam media-media online, dan televisi. Terakhir, adalah proses konsumsi yang mana dalam tahap ini msayarakat sudah dapat menonton serta menikmati film yang sudah didistrbusikan.
Produksi merupakan satu tahap pertama dalam menciptakan sebuah karya film. Film Sang Penari yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah, ditulis oleh Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan Shanty Harmayn serta diproduseri oleh Shanty Harmayn.
Ifan Isfansyah merupakan sutradara yang juga menggarap berbagai film seperti Siti, Garuda di Dadaku, Kucumbu Tubuh Indahku, Ambilkan Bulan, Pendekar Tongkat Emas, Abracadabra, Harap Tenang ada Ujian, 9 Summers 10 Autumns dan Hoax.
Ifa Isfansyah cukup dikenal sebagai sutradara film yang erat hubungannya dengan film yang mengangkat tentang kebudayaan serta film yang difestivalkan, namun ternyata beliau juga tidak menutup kemungkinan untuk menggarap genre film lainnya salah satunya adalah genre film horror (Kompas, 2020).
Dalam film Sang Penari kita dapat menganalisis dan mengamati semiotika yang muncul, misalnya saja dalam pengambilan gambar atau angle, kembanyakan yaitu eye level atau sejajar dengan pandangan kita ketika menonton. Dengan pandangan angle eye level membuat kita para penonton menjadi lebih nyaman ketika menonton film Sang Penari.