Mohon tunggu...
Christine Gloriani
Christine Gloriani Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pembaca yang belajar menulis

Pembaca yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Eksperimen Cinta 3 - Beda Golongan

30 Desember 2018   18:45 Diperbarui: 31 Desember 2018   10:29 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soto pesanan Elang dan Fahmi datang. Elang tanpa basa-basi memakannya. Jesi memperhatikan dengan penasaran.

"Enak ya? Mau incip juga dong," katanya dengan manja.

Jesi sudah membuka mulut minta disuapi tapi Elang masih menyendok untuk dirinya sendiri membuatku menahan tawa agar nasi yang ada di mulut tidak menyembur.

"Uhuk ... uhuk." Mataku memerah, akhirnya tersedak juga setelah perjuangan menahan tawa.

Elang menyodorkan gelas es teh padaku. Langsung saja kusambar dan menyedot es teh sebanyak-banyaknya. Merasakan tangan Elang menepuk-nepuk pelan punggungku. Ya, Tuhan cobaan apa lagi ini. Elang bikin terharu.

Jesi yang terbakar cemburu mengambil sendok dan memakan soto Elang. "Enak juga, Lang. Kita makan berdua ya. Sini aku suapi."

Jesi menyodorkan sendok yang berisi nasi serta kuah soto pada Elang tapi dengan santainya Elang malah menarik tanganku yang hendak menyuap nasi ke mulutku. Sendok itu mendarat mulus di dalam mulut Elang. Mulutku yang sudah terbuka malah makin terbuka lebar. Kesempatan itu dipakai Elang buat menyuapkan nasi ke mulutku. Dia lalu memegang daguku dan mengatupkan mulutku.

Aku baper beneran. Nggak apa-apa kalau aku dimanfaatin buat bikin Jesi cemburu. Yang jelas aku bahagia banget. Perlakuan Elang serasa seperi kami ini sedang pacaran.

Rindu dan Fahmi memandang kami tanpa berkedip. Kepala mereka mengikuti gerakan sendok yang dipegang Elang. Namun Elang masih melanjutkan aksinya hingga nasi soto yang ada di mangkokku habis.

"Buruan. Kita tugas persiapan." Elang berdiri dan melangkah buat membayar semua soto kami.

Langkahnya yang lebar membuatku setengah berlari mengejarnya. Aku sudah tidak memperdulikan Jesi yang menatap kami dengan pandangan marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun