Ibu sudah stress, karena kata ibu, Pak RT-nya sangat menekan ibu. Ibu khawatir, nanti rencana penjualan tanah ini disabotase. Karena terbukti, sejak beberapa saat lalu, tanah ibu dari 288 m2, sudah berkurang menjadi 250 m2. Ibu susah untuk mengklaimnya. Seperti mencari jarum di tengah-tengah jerami. Mafia tanah sudah merajalela.
Jadi, tanah orang tuaku di Klender ini, sudah berkurang sekitar 30 m2! Entah, siapa yang berbuat, tetapi orang tuaku sudah tidak mempermasalahkannya....
Ok-lah....
Akhirnya, kemarin ibu pulang dengan stress berat sampai beliau sakit. Pak RT sudah menelpon 14 kali, dan ibu tidak angkat. Dan SMS beberapa kali dan ibu tidak membalasnya. Dan ibu stress berat. Tadi pagi, ibu baru cerita kepadaku....Â
Pak RT tetap berusaha untuk menghubungi ibu (karena aku membalas sms-nya lewat HP ibu), tetapi aku tidak mengangkatnya. Pak RT minta supaya aku angkat teleponnya dan "kita bicara!"Â
Itu yang aku tidak setuju!Â
Jika aku mau bicara dengannya, berarti aku sudah masuk perangkapnya. Dia akan meminta maaf, karena terbukti setelah tadi pagi aku balas SMSnya dan "mengancam"nya, surat pengantarnya sudah diberikan kepada oom-ku, TANPA MEMINTA UANG LAGI!
Bahkan, oom-ku menawarkan, "Berapa sisa yang harus dibayar?"Â
Dijawabnya, "Ah..., ga usah."Â
Berarti, dia ketakutan dengan "ancamanku"....Â