Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Ada Kata "Tidak Bisa", Bersama Teman-teman Penyandang Disabilitas, Kami Bisa!

18 November 2018   12:00 Diperbarui: 3 Desember 2018   08:26 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: disabledgo.com

By Christie Damayanti

Walau kami adalah penyandang disabilitas, tetapi KAMI BISA di sejajarkan dengan pekerja non-disabilitas, jika kami diberi kesempatan

***
Sebagai penyandang disabilitas setelah serangan stroke berat pada bulan Januari 2010 lalu hingga menyebabkan saya lumpuh separuh tubuh sebelah kanan, kadang-kadang membuat saya berpikir tentang "bagaimana teman-teman penyandang disabilitas mampu untuk terus bertahan dan survive untuk masa depan mereka."

Ketika saya tetap diberikan kesempatan sebagai bagian dari perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini, saya lebih mengerti apa yang saya butuhkan dan bagaimana saya bisa memberi masukan bagi atasan-atasan saya untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang saya berikan.

Sebuah perusahaan yang mengakomodir dan menghargai keberagaman karyawannya, itulah yang disebut sebagai perusahaan inklusi, dan untuk memungkinkan kontribusi mereka secara penuh tanpa diskriminasi, termasuk pegawai dengan penyandang disabilitas, sehingga mencapai target positif dalam kinerjanya.

Pada kenyataannya, sebuah perusahaan inklusi justru mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri, karena:

Yang pertama, tingkat turnover (keluar masuk pekerjaan) yang rendah.

Karena, seperti saya sebagai penyandang disabilitas, akan sangat berarti bisa tetap bekerja sehingga saya merasa "berhutang budi" pada perusahaan tempat saya bekerja. Saya pun tidak bisa seenaknya pindah pekerjaan, karena tidak gampang untuk perusahaan menerima saya bekerja dengan keterbatasan saya. Bahkan, saya mungkin tidak akan resign, sampai saya memang tidak dibutuhkan lagi karena umur.

Yang kedua, produktivitas lebih tinggi.

Ketika saya sebagai penyandang disabilitas bekerja, fokus saya adalah melakukan yang terbaik tanpa adanya gangguan-gangguan untuk sekedar "bermain". Karena saya merasa, jika hasil pekerjaan saya tidak sesuai dengan standard perusahaan, maka saya bisa saja ditendang. Sehingga, saya akan menghasilkan karya yang terbaik bagi perusahaan.

Sumber ilustrasi: theguardian.com
Sumber ilustrasi: theguardian.com
Mereka tidak akan berpikir untuk berpindah-pindah, karena rasa syukur dan "hutang budi" kepada perusahaan yang mau mempekerjakan mereka.

Yang ketiga, tingkat kehadiran kerja meningkat

Bagi penyandang disabilitas, saya justru semakin bersemangat untuk menghasilkan karya. Sehingga saya akan berusaha untuk tidak absen, kecuali memang saya sakit.

Yang keempat, keselamatan kerja yang lebih baik.

Jelas, dengan keterbatasan yang saya miliki sebagai penyandang disabilitas, saya akan sangat berhati-hati untuk melakkan pekerjaan saya, karena saya tidak ingin keterbatasan saya mencelakakan saya dan teman-teman sesama pegawai menjadi beresiko. Dan itu artinya, keselamatan kerja akan lebih baik.

Yang kelima, meningkatnya pendapatan bisnis perusahaan.

Ini pun jelas, bahwa sebagai penyandang disabilitas dengan keterbatasan, dan bekerja yang terbaik dengan produktivitas yang tinggi serta turnover rendah, tentulah perusahaan akan meningkatkan pendapatan bisnisnya!.

Yang keenam, aksesibilitas bagi pekerja juga menguntungkan klien dengan disabilitas. Artinya, perusahaan akan mendapatkan sumber-sumber bisnis baru, karena ketika klien dengan penyandang disabilitas, mempunyai loyalitas tertentu jika perusahaan inklusi memberikan aksesibilitas sepenuhnya.

***
Lalu, sebenarnya mengapa perusahaan (harus) mempekerjakan pegawai dengan disabilitas? Tentu ada alasan-alasan tersendiri, dan mungkin masing-masing perusahaan mempunyai standar tersendiri, yang berbeda antar perusahaan. Dan menurut saya sendiri, ada beberapa alasan, mengapa perusahaan mempekerjakan penyandang disabilitas:

Pertama, adalah tentang kewajiban menurut Undang-Undang.

Bahwa pemerintah telah menetapan peraturan 1% dalam UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang mewajibkan perusahaan merekrut penyandang disabilitas dari total jumlah karyawan. Bahwa mereka pun membutuhkan kehidupan dan untuk masa depan mereka.

Kedua, adalah bahwa perusahaan memerlukan pegawai berbakat.

Pada kenyataannya, Tuhan memang luar biasa! Bahwa penyandang disabilitas justru banyak mempunyai kelebihan-kelebihan dari pegawai yang non-disabilitas. Mereka mempunyai talenta-talenta khusus yang diberikan Tuhan. Mereka sangat berbakat, terutama di bidang tertentu seperti IT (Teknologi Informasi), Design Grafis, handycraft dan sebagainya.

Penyandang disabilitas mempunyai talenta-talenta khusus dan brilian, seperti bisa IT | Sumber ilustrasi: spd.org.sg
Penyandang disabilitas mempunyai talenta-talenta khusus dan brilian, seperti bisa IT | Sumber ilustrasi: spd.org.sg
Ketiga, bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR).

Tanggung jawab sebuah perusahaan bukan hanya sekedar menghasilkan keuntungan yang bisa menjadi penghasilan besar bagi pegawainya saja, tetapi perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau CSR. Di mana perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap konsumen, pegawai, pemegang saham, komunitas, lingkungan, dengan segala aspek seperti aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Di mana CSR pun sangat berhubungang erat dengan "pembangunan berkelanjutan". Dan itu pun berhubungan dengan membangun bangsa, termasuk untuk teman-teman penyandang disabilitas.

Keempat, bahwa penyandang disabilitas adalah "problem solver".

Ketika penyandang disabilitas sejak lahir itu, adalah orang-orang yang selalu beradaptasi dengan lingkungannya. Mereka terus dan harus mengasah otaknya untuk segera memecahkan masalahnya, di mana mungkin pegawai non-disabilitas tidak merasakan adanya masalah. 

Ketika banyak penyandang disabilitas mampu sebagai
Ketika banyak penyandang disabilitas mampu sebagai
Contoh, seperti saya sebagai salah satu penyandang disabilitas di sebuah perusahaan besar yang inklusi. 

Ketika saya di atas kursi roda elektrik membutuhkan bantuan untuk bisa "mobile" dengan lincah selincah pegawai non-disabilitas, saya harus berusaha untuk selalu bisa masuk ke kubikel-kubikel, seperti yang lain. Padahal, untuk masuk ke tempat itu, merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Dan saya terus melatih ketrampilan saya untuk memanuver kursi roda elektrik saya, setiap saat.

Kelima, adalah nilai tambah bagi perusahaan.

Perusahaan akan melakukan hal-hal yang unik dan berbeda dengan pesaingnya. Dan ini adalah nilai tambah yang lebih dan bisa menaikkan "value branding" perusahaan. Dan dengan mempekerjakan penyandang disabilitas, perusahaan akan menjadi bagian dari komunitas inklusi, dan ini akan meningkatkan pasar dan keuntungan perusahaan.

***
Ketika perusahaan ingin memulai merekrut penyandang disabilitas, tentu saja perusahaan tersebut juga harus mulai mendidik pegawai non-disabilitas untuk bisa bersinergi dengan pegawai penyandang disabilitas.

Mereka harus mulai untuk mempunyai kesadaran demi menciptakan inklusi tanpa diskriminasi dalam perusahaan. Selain itu, perusahaan pun harus memberikan aksesibilitas yang sesuai dengan kebutuhan pegawai penyandang disabilitas. 

Misalnya, tentang fasilitas-fasilitas khusus tentang toilet disabilitas, dengan dimensi untuk kursi roda bisa masuk kedalamnya. Termasuk kebutuhan toilet dan fasilitas-fasilitasnya. Juga fasilitas lift untuk perusahaan yang bertingkat. Juga aksesibilitas tentang pintu masuk, trotoar, bahkan tentang transportasinya. Dan sebagainya.

Tentang pelibatan pegawai non-disabilitas pun, bukan hanya disaat pelaksanaannya saja, tetapi sudah harus dilakukan sejak perencanaan program. Dan pelibatan yang dimaksud bukan hanya antar pegawai non-disabilitas dan pegawai penyandang disabilitas saja, tetapi juga pelibatan dengan Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) atau komunitas disabilitas yang dianggap bisa mewakilinya.

Adalah masalah aksesibilitas. Bahwa ketika hambatan fisik, hambatan komunikasi, hambatan kebijakan serta hambatan perilaku antara pegawai non-disabilittas dengan pegawai penyandang disabilitas, benar-benar bisa menjadi hambatan untuk perusahaan, aksesibilitas justru harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya, membuka pintu selebar-lebarnya untuk partisipasi aktif semua pegawai.

Dan itu membutuhkan dukungan penuh, dengan mengakomodir semua pegawainya, terutama pegawai penyandang disabilitas. Dukungan itu bukan berarti perlakuan khusus, tetapi ada pertimbangan-pertimbangn tertentu bagi pegawai penyandang disabilitas, untuk bisa bekerja sesuai dengan keterbatasannya.

***
Program kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja menjelang Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember mendatang, jelas dimaksudkan untuk menjadi sebuah kegiatan "rising awareness" atau meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan disabilitas, yaitu pemerintah pusat dan daerah, perusahaan dan masyarakat, untuk lebih memperhatikan secara serius para penyandang disabilitas.

Mereka membutuhkan dukungan untuk bisa memiliki rasa percaya diri. Konsep dan progam kerja ini, diharapkan mampu untuk bisa membawa penyandang disabilitas bersaing di dunia kerja kreatif, sehingga para penyandang disabilitas bisa semakin mandiri. Mandiri disini, tentu saja tidak menyusahkan Negara.

Sebuah kepedulian seperti itu yang akan menyelamatkan saya, kami dan penyandang disabilitas untuk bisa mengasah kemandirian kami. Sebuah kepedulian itu lah yang bisa membawa kami tetap tegar dan terus berusaha demi masa depan kami.

***
Sangat luar biasa, ketika perusahaan tempat saya bekerja sejak sebelum terserang stroke, tetap memberikan kesempatan pada saya untuk tetap bekerja, walaupun dalam keterbatasan. PT Agung Podomoro Land (APL), tempat saya bekerja sejak tahun 2006.

Ketika papa saya menelpon salah satu direktur atasan saya bahwa saya mungkin tidak bisa bekerja lagi dan mengajukan resign, justru direktur saya, bahkan si empunya perusahaan, tidak mengabulkannya bahkan memberikan kesempatan kepada saya seluas-luasnya untuk tetap bekerja, kapan pun saya bisa mulai. Dan pada akhirnya, saya tetap bekerja disana, sampai sekarang.

PT APL membawa kehidupan saya lebih baik lagi, ketika saya justru diminta untuk melibatkan teman-teman disabilitas untuk mulai menjadi sebuah "icon" bagi CSR kami. Saya diberikan tugas-tugas baru, untuk mengembangkan Yayasan Agung Podomoro Land (YAPL), supaya selalu bisa membantu teman-teman penyandang disabilitas dengan lewat banyak kegiatan.

Saya juga mendapat tugas khusus untuk menuliskan kegiatan-kegiatan saya dalam pelayanan-pelayanan saya bagi teman-teman penyandang disabilitas di YAPL atau di pelayanan-pelayanan pribadi saya, lewat Podomoro Magazine, dimana saya adalah salah satu kontributornya.

Saya melibatkan banyak yayasan disabilitas untuk bisa datang dan perform di Central Park Mall, salah satu proyek PT APL, dan saya blow-up dengan tulisan-tulisan saya, lewat Kompasiana.

Hasilnya?

Walau saya bukan pengambil keputusan, banyak teman-teman disabilitas mencari saya untuk bisa ikut serta dalam berbagai kegiatan yang saya terus akan lakukan. Dan saya akan memberikan kesempatan yang selebar-lebarnya, bagi teman-teman penyandang disabilitas.

Kepedulian dan dukungan yang penuh dari PT APL untuk saya sebagai pegawai penyandang disabilitas, merupakan apresiasi yang tidak terhingga untuk saya.

Dan ketika saya merasakan sebuah perhargaan lewat apresiasi dari perusahaan tempat saya bekerja ini, saya berkomitmen untuk terus bekerja dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan karya terbaik bagi perusahaan dan bagi Indonesia.

***
Sebagai penutup, dan sebagai pegawai penyandang disabilitas, saya tetap berusaha untuk bisa melakukan yang terbaik bagi teman-teman penyandang disabilitas. Bahwa, kehidupan saya sekarang ini adalah melayani mereka untuk bisa memberikan sebuah motivasi. 

Sebuah motivasi yang bisa membangkitkan semangat hidup. Dan walau saya tetap berada dalam keterbatasan, pun saya bisa tetap mandiri serta mampu lebih mandiri justru lewat kepedulian bagi sesama penyandang disabilitas.

Bersama teman-teman penyandang disabilitas, kami bisa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun