Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apa Itu Kapitalisme Filantropi? Penjajahan Baru Berbulu Kedermawanan

4 Oktober 2025   09:50 Diperbarui: 4 Oktober 2025   09:50 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Amazon.com)

Dari Krisis Global ke Kuasa 1%

Dunia kini berada di persimpangan. Krisis ekonomi, pandemi, darurat iklim, dan runtuhnya kepercayaan pada demokrasi formal membuat publik haus akan solusi cepat. 

Di tengah keresahan itu, muncul segelintir miliarder super kaya yang menawarkan "jawaban" dengan wajah kedermawanan. Mereka menyumbangkan miliaran dolar untuk kesehatan, pendidikan, pangan, hingga energi. 

Di atas kertas, aksi itu tampak seperti kepedulian tulus. Tapi, bila ditelusuri lebih jauh, ini adalah strategi perebutan kuasa.

Kapitalisme filantropi bekerja lewat logika sederhana: dengan kekayaan yang hampir tak terbatas, mereka bisa membeli legitimasi politik tanpa harus ikut pemilu. 

Mereka tidak duduk di parlemen, tapi bisa mengarahkan undang-undang. Mereka tidak masuk kabinet, tapi bisa menentukan agenda kementerian. Uang menjadi tiket masuk ke ranah yang seharusnya hanya bisa ditembus oleh mandat rakyat.

Inilah yang mendorong Vandana Shiva, seorang aktivis perempuan dari India, memprakarsai gerakan oneness melawan the 1%. Oneness berarti keberlanjutan hidup, solidaritas komunitas, dan kedaulatan lokal. 

Sebaliknya, the 1% adalah logika monopoli dan dominasi, di mana segelintir orang superkaya menentukan arah dunia. Filantropi sendiri kemudian tak lebih daripada wajah manis dari kekuasaan yang sesungguhnya: kontrol ekonomi-politik tanpa akuntabilitas.

Persoalannya bukan pada memberi atau tidak memberi, tapi pada bagaimana filantropi malah menjadi alat kuasa. Bantuan yang seharusnya memperkuat kedaulatan justru membuat negara dan komunitas semakin tergantung. Maka, pertanyaan kunci bagi kita adalah: apakah kita sedang ditolong, atau sedang dijajah dalam bungkus baru?

Pahlawan Palsu: Bagaimana 1% Dipuja Dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun