Di sinilah LNOB mencapai puncak fungsi hegemoniknya: ia menyatukan berbagai aktor di bawah slogan yang sama, sembari memastikan logika neoliberalisme tetap mendominasi.
Membongkar Topeng, Mencari Jalan Lain
Dari seluruh uraian, jelas bahwa LNOB adalah topeng neoliberalisme. Ia menjanjikan inklusi, tetapi yang ditawarkan adalah integrasi subordinat ke dalam pasar.Â
Menjanjikan perlindungan, tetapi yang hadir adalah pengawasan. Menjanjikan penghormatan terhadap semua, tetapi yang dijalankan adalah homogenisasi.
LNOB berfungsi sebagai kosmetika neoliberalisme global. Memberi wajah ramah pada sistem yang tetap eksploitatif. Dengan LNOB, neoliberalisme tidak lagi tampak menyingkirkan, melainkan seolah-olah menyelamatkan.Â
Namun, itu hanyalah ilusi. Struktur ketidakadilan tetap dipertahankan, bahkan diperluas dengan legitimasi moral baru.
Tugas kita bukan menolak inklusi, tetapi membongkar klaim inklusi palsu yang dipromosikan lewat LNOB. Kita perlu bertanya: inklusi ke dalam apa? Dengan syarat siapa? Untuk kepentingan siapa?Â
Jika jawabannya selalu mengarah pada pasar, kontrol, dan homogenisasi, maka jelas LNOB hanyalah topeng neoliberalisme.
Sebagai alternatif, kita perlu membayangkan pembangunan yang benar-benar berangkat dari komunitas, yang menghormati keberagaman cara hidup, dan yang menempatkan keadilan substantif di atas logika pasar. Tanpa itu, LNOB akan terus menjadi alat hegemoni global.
Membongkar topeng LNOB bukan berarti menolak cita-cita keadilan global, melainkan justru cara untuk menyelamatkannya.Â
Dengan menguak realitas di balik slogan, kita bisa mencari jalan lain: pembangunan yang tidak hanya menjanjikan "tidak ada yang tertinggal," tetapi benar-benar memastikan tidak ada yang dikorbankan demi pasar.***