Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

55 Tahun G30S: "Tembakan Jitu" CIA yang Berhasil Menjatuhkan Soekarno

2 Oktober 2020   06:55 Diperbarui: 2 Oktober 2020   07:27 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Eisenhower. Sumber: viva.co.id

 

                                         Dalam sebuah Film Perang berjudul Hurt Locker, ada scene di mana seorang prajurit sedang membidikan sniper untuk menembak target teroris di sebuah rumah di suatu daerah gurun pasir, meski bersenjatakan sniper yang merupakan senjata paling akurat, mematikan dan tercanggih saat ini, prajurit tersebut sangat kesulitan dalam menembak tepat targetnya dan tiga kali tembakanya meleset dari target karena faktor angin gurun dan cuaca panas yang sangat terik.

Oleh karena itu, dia memanggil seorang prajurit lainya untuk membantu membidik dengan teropong jarak jauh agar bisa menentukan jarak posisi target teroris tersebut. Bekat bantuan dari rekan prajurit tersebut, akhirnya sang penembak sniper berhasil menembak jitu kepala sang target setelah beberapa kali percobaan yang gagal. 

Scene film tersebut hanyalah sebuah cerita fiksi yang dibuat dalam suatu film tema perang. Akan tetapi, suatu scene ketika target teroris berhasil ditembak tepat di kepala tersebut cukup menggambarkan apa yang terjadi dengan Soekarno menjelang kejatuhan dari kekuasaanya pada tahun 1966.

Setelah 21 tahun lamanya menjadi Pemimpin Tertinggi Revolusi Republik Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, akhirnya Soekarno menemui takdirnya untuk jatuh dari kekuasaanya. Jika Soekarno diibiratkan sebagai target teroris dalam film tersebut, lalu siapa yang dimaksud dengan prajurit tersebut ? kalau boleh dispekulasikan, prajurit tersebut adalah gambaran dari Amerika Serikat melalui CIA-nya yang memang sudah berhasrat untuk menjatuhkan dan melengserkan Soekarno dari kekuasaanya setelah beberapa tahun sebelumnya selalu menemui kegagalan dalam berbagai operasinya.

Lalu apa yang mendasari CIA untuk menjatuhkan dan melengserkan Soekarno ?  Berbicara tentang jatuhnya Presiden Soekarno dari 21 tahun kekuasaanya sebagai Presiden Republik Indonesia, tentu saja ini berkaitan dengan terjadinya peristiwa G 30 S. Pada tanggal 30 September 2020 ini, Indonesia baru saja memperingati 55 tahun terjadinya suatu peristiwa besar yang kelak akan menjadi sejarah kelam dalam perjalanan Indonesia sebagai negara merdeka.

55 tahun yang lalu, di tanggal yang sama dengan hari ini pula, 7 Jenderal Angkatan Darat ditargetkan oleh PKI melalui pasukan Tjakrabirawa sebagai eksekutor lapangan untuk menculik dan menangkap ketujuh Jenderal tersebut ketika waktu masih menunjukan jam 4 subuh dini hari. Dalam operasi penculikan tersebut, 3 target penculikan yakni Jenderal Ahmad Yani, Jenderal M.T.Haryono, dan Jenderal D.I.Panjaitan ditembak mati oleh pasukan Tjakrabirawa sedangkan target lainya seperti Jenderal Sutoyo Siswomihardjo, Jenderal Soeprapto, dan Jenderal Siswondo Parman berhasil dibawa ke daerah Lubang Buaya untuk kemudian “dibereskan” disana. Beruntunglah bagi Jenderal A.H.Nasution, karena berhasil selamat dengan meloloskan diri ke Kedubes Irak yang terletak disebelah rumah tinggalnya. Namun sayangnya, Ajudan pribadinya, Letnan Pierre Tendean dan putri keduanya, Ade Irma Nasution harus menjadi korban dari operasi tersebut.

Selain itu, penjaga rumah Dr.Leimena, Kopral Karel Satsuidtubun juga harus gugur di tangan pasukan Tjakrabirawa. Ketujuh Jenderal tersebut ditargetkan untuk diculik karena ketujuh Jenderal tersebut difitnah dan dituduh oleh D.N.Aidit, selaku ketua PKI sebagai komplotan “Dewan Jenderal” yang akan mengkudeta Presiden Soekarno dari kekuasaanya. Itu adalah sebuah cara yang dilakukan PKI untuk menyingkirkan Angkatan Darat yang merupakan saingan kuat mereka dalam posisi pemerintahan Bung Karno saat itu.

Pahlawan G30S. Sumber: genpi.co.id
Pahlawan G30S. Sumber: genpi.co.id
Lalu apa hubunganya dengan CIA ? Apakah CIA mendukung gerakan PKI tersebut untuk menculik dan membunuh ketujuh Jenderal tersebut ? tentu saja tidak. PKI adalah Partai Komunis terbesar di Indonesia dan ketiga di dunia dengan jumlah anggotanya yang mencapai ratusan ribu sedangkan Komunis adalah musuh terbesar Amerika Serikat pada saat itu dimana kondisi dunia sedang dalam keadaan mencekam imbas Perang Dingin antara Blok Timur dibawah Uni Soviet, China, Korea Utara, Cekoslovakia dengan Blok Barat dibawah Amerika Serikat, Inggris, Australia dan sekutu lainya.

Amerika Serikat yang sudah berhasrat untuk memerangi Komunis memang sudah babak belur dalam berbagai pertempuran sebelumnya melawan Komunisme. Kegagalan dalam operasi militer di Semenanjung Korea (1950) dan Kuba (1962) sudah cukup menunjukan betapa sulitnya mereka untuk membendung ancaman komunisme. Terlebih di tahun 1965 tersebut, mereka juga dihadapkan pada Perang Vietnam dalam rangka menjaga wilayah Vietnam Selatan dari ancaman Vietnam Utara yang berideologikan komunis.

Lalu apa yang mendasari Amerika Serikat untuk menjatuhkan dan melengserkan Soekarno dari kekuasaanya ? baiklah, kita bahas dulu tentang arah perpolitikan Indonesia pada saat itu. Pada tahun 1961, Indonesia melalui Soekarno memprakasai dan memproklamirkan Gerakan Non Blok (GNB) dengan anggota negara Yugoslavia, India, Mesir, dan Ghana.

Tujuan dibentuknya GNB ini adalah untuk menunjukan netralitas mereka terhadap kedua kubu di tengah kecamuk Perang Dingin agar tidak terseret konflik antar kedua kubu tersebut. Meski demikian, Amerika Serikat tetap bersikeras supaya Soekarno dan Indonesia berada dan bergabung di pihak mereka. Akan tetapi, arah politik Indonesia lebih cenderung dekat dan bersahabat dengan blok timur (komunis) karena persamaan konsep ideologi dan cita-citanya yakni sosialisme dan ekonomi kerakyatan.

Sedangkan blok barat yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris dan negara barat lainya berideologikan Kapitalisme dan Liberalisme dimana Soekarno sangat menentang kedua ideologi tersebut karena dianggap memeras rakyat dan menciptakan ketimpangan sosial. Terlebih Uni Soviet berhasil meluluhkan hati Soekarno setelah mereka mengirimkan bantuan berupa dana dan tenaga arsitek untuk membantu melakukan berbagai pembangunan berbagai fasilitas di Jakarta untuk persiapan Asian Games 1962 seperti Hotel Indonesia, Stadion Gelora Bung Karno, dan Istora Senayan sehingga membuat hubungan Soekarno dengan Uni Soviet dan blok timur semakin erat.

Bagi Amerika Serikat, ini adalah sebuah ancaman yang serius dikarenakan jika sampai Indonesia menjadi bagian dari negara Komunis, ini akan mengakibatkan ancaman bagi negara-negara sekutu blok barat lainya seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Australia yang merupakan negara tetangga Indonesia. Selain itu, Amerika Serikat juga akan memikirkan sebuah skenario buruk apabila Amerika Serikat terlibat konflik dengan negara komunis lainya seperti Vietnam, maka Indonesia bisa mengirimkan bantuan prajurit dalam jumlah yang besar yang bisa mengakibatkan konflik berkepanjangan.

Selain itu, posisi Blok Timur juga akan semakin kuat dalam menebarkan pengaruh mereka ke seluruh dunia. Terlebih, Soekarno secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaan terhadap Pemerintahan Amerika Serikat yang cenderung “sok berkuasa” dan “penindas”. Bahkan pada tahun 1964, Soekarno mengeluarkan statement pedas terhadap Amerika Serikat dengan kalimat “Go To Hell With Your Aid !” yang jelas menyatakan bahwa Soekarno telah melakukan blacklist terhadap Amerika Serikat. 

Anggota PKI pada Pemilu 1957. Sumber: historia.id
Anggota PKI pada Pemilu 1957. Sumber: historia.id
Semua “paranoid: itulah yang mengakibatkan Amerika Serikat dan CIA-nya berhasrat untuk segera menjatuhkan Soekarno dan dari kekuasaanya. Menurut laporanTim Weiner dalam buku "Membongkar Kegagalan CIA", niat CIA untuk menyingkirkan Sukarno muncul setelah Dewan Keamanan Nasional lembaga intelijen AS itu memberikan sebuah laporan pada 9 September 1953. Dalam laporan tersebut dibeberkan bahwa situasi Indonesia sudah sangat menakutkan bagi Amerika Serikat.

Alasanya adalah Presiden Sukarno yang terlalu memberi angin bagi komunis untuk berkembang di Indonesia. 2 tahun kemudian, ketakutan itu benar-benar terbukti ketika PKI berhasil meraih suara sebesar 16,4 persen dan menempati peringkat keempat dalam Pemilu 1955.

Ini adalah awal kebangkitan kembali PKI di kancah politik Indonesia setelah sempat “mati suri” selama bertahun-tahun lamanya imbas dari Pemberontakan Madiun 1947. Bahkan pada Pemilu 1957-1958,PKI berhasil meraih kesuksesan besar dengan mengungguli PNI (Partai Nasionalis Indonesia) yang merupakan partai dengan kekuatan terkuat pada saat itu. 

Amerika Serikat kemudian mencari berbagai cara dan menyiapkan berbagai “operasi” untuk menjatuhkan Soekarno mulai dari “operasi kecil” hingga “operasi besar”. “Operasi Kecil” tersebut antara lain dengan menciptakan suatu video porno palsu yang wajahnya mirip dengan Presiden Soekarno, hubungan terlarang Soekarno dengan Monroe hingga mengirimkan wanita cantik yang diduga agen CIA ke Istana Negara dan konon yang dimaksud dengan wanita itu adalah Cindy Adams, seorang wartawan Amerika Serikat yang bertugas untuk melakukan wawancara dengan Soekarno.

Lalu bagaimana dengan “operasi besar” ? pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi pada tahun 1957 hingga 1961 adalah bukti bagaimana CIA berperan besar dalam membantu dan mendukung pemberontakan tersebut. Itu dilakukan dengan cara mengirimkan agen-agen CIA untuk menemui pemimpin pemberontakan tersebut dan mengirimkan bantuan-bantuan kemiliteran seperti pelatihan tentara, persenjataan ringan hingga berat dan pesawat tempur B-26. Akan tetapi, segalanya berubah menjadi berantakan ketika pada tanggal 18 Mei 1958, sebuah pesawat diduga milik pihak Permesta ditembak jatuh oleh pilot TNI di daerah perairan dekat Pulau Ambon.

Pilot dan Kopilot tersebut berhasil selamat dan kemudian ditawan oleh pihak TNI dimana identitas pilot tersebut bernama Allan Pope yang merupakan Pilot berkebangsaan Amerika Serikat yang diduga merupakan agen CIA yang dikirim untuk mendukung pihak Permesta. Ini adalah awal dari kegagalan pertama operasi CIA di PRRI/Permesta dan menjadi bukti betapa kacaunya pelaksanaan operasi tersebut.

Berselang 4 tahun kemudian, pemberontakan ini tidak bertahan lama dan segera dipadamkan oleh pihak TNI dan pemerintah Indonesia pada tahun 1961 dimana kedua pemimpin.dari pihak PRRI/Permesta seperti Ventje Sumual dan Ahmad Husein segera menyerah dan ditangkap oleh pihak Indonesia. 

Pilot Allan Pope (kiri) setelah ditangkap. Sumber: historia.id
Pilot Allan Pope (kiri) setelah ditangkap. Sumber: historia.id
Kegagalan operasi tersebut mengakibatkan Amerika Serikat dan CIA harus menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan Soekarno. Selama 4 tahun mereka mengamati dan mengawasi kondisi perpolitikan Indonesia yang sudah mulai panas dengan persaingan ketat antara Angkatan Darat dengan PKI.

Ketika beberapa perwira Angkatan Darat seperti Jenderal Ahmad Yani, Benny Moerdani, dan Ahmad Soekendro disekolahkan di Amerika Serikat untuk mengikuti pelatihan, disitu mereka berhasil menemukan persamaan pandangan terhadap eksistensi Komunisme yakni sama-sama menentang dan mewaspadai terhadap berbagai pergerakan PKI. Itulah yang menjadi faktor bagaimana elemen Angkatan Darat bisa menjalin kedekatan hubungan yang erat dengan Amerika Serikat.

Kedekatan AD dengan Amerika Serikat menjadi salah satu cara PKI menyebarkan propaganda betapa “kapitalisnya” perwira Angkatan Darat hingga puncaknya ketika keluar sebuah dokumen palsu yang bernama Dokumen Gilchrist yang berisi informasi palsu tentang adanya “Dewan Jenderal” yang harus segera “dibereskan”. Oleh karena itu ketika para Jenderal “lulusan barat” seperti Ahmad Yani, S.Parman, M.T Haryono, dan D.I.Panjaitan turut menjadi korban pembantaian PKI, Amerika Serikat segera “mengamuk” dengan kejadian tersebut dan segera merespon untuk apa yang telah terjadi.

Dalam majalah Tempo pada bagian bab yang berjudul Sukendro,Adam Malik,dan Tas Hitam disebutkan oleh Kathy Kadane, seorang wartawan asal Amerika Serikat bahwa CIA melalui Robert.J.Martens sebagai staf bagian politik di Kedubes Amerika Serikat yang berada di Jakarta telah menyerahkan daftar berisi 5000 nama "orang PKI" yang harus segera ditangkap dan dibereskan dimana daftar tersebut diserahkan kepada Kim Adhyatman, asisten Adam Malik yang kemudian daftar tersebut diserahkan kepada Adam Malik, meskipun Kim Adhyatman dalam wawancaranya dengan Tempo pada tahun 1990 membantah bahwa "dia tidak menerina daftar orang sebanyak itu". 

Selain daftar nama, CIA melalui Kedubes Amerika Serikat juga mengirimkan bantuan peralatan komunikasi kepada AD. Dalam wawancaranya dengan Tempo,Bernardo Hugh Tovar yang merupakan Kepala Kantor CIA di Jakarta pada tahun 1965 mengatakan bahwa Kedubes Amerika mengirimkan bantuan semua peralatan komunikasi kepada Soeharto melalui atase militer.

Selain peralatan komunikasi, Amerika Serikat juga mengirimkan berbagai bantuan obat-obatan yang konon dibalik kotak obat-obatan tersebut adalah senjata ringan yang diselundupkan untuk rakyat sipil dan organisasi rakyat lainya yang akan digunakan untuk membasmi PKI.

Terlepas dari apakah CIA benar-benar menyerahkan daftar 5000 "orang PKI" tersebut atau tidak ? Pada kenyataanya dalam kurun waktu 2 tahun dari tahun 1965-1966 telah terjadi penangkapan dan eksekusi mati terhadap ratusan ribu anggota PKI yang jumlahnya jauh melebihi target "5000 orang PKI" tersebut. Bukan hanya tentara AD yang turut membasmi PKI, bahkan rakyat sipil dan organisasi rakyat lainya juga mendapat pelatihan militer dari AD dibawah Letkol Sarwo Edhie Wibowo untuk melakukan pembunuhan dan perburuan terhadap semua orang yang dianggap PKI. Tercatat sudah berapa puluhan ribu orang yang "dikomuniskan" dan ditahan tanpa proses pengadilan bahkan banyak yang langsung dibunuh dengan cara apapun. 

Anggota PKI yang ditangkap. Sumber: matamatapolitik.com
Anggota PKI yang ditangkap. Sumber: matamatapolitik.com
Loyalis-loyalis Soekarno yang bekerja di bidang pemerintahan dan militer juga turut menjadi target pembersihan tersebut. Tercatat sebanyak 15 menteri dan perwira AD serta AU yang bekerja dan setia kepada Soekarno harus ditangkap tanpa proses pengadilan karena dianggap terlibat dengan PKI seperti Dr.Soebandrio, Chaerul Saleh,Oei Tjoe Tat, Marsekal Omar Dhani, Mayjen Pranoto Reksosamoedra, dan Kolonel Maulwi Saelan. 

Ditangkapnya semua loyalis-loyalisnya membuat posisi dan kedudukan Soekarno sebagai Presiden semakin lemah. Kondisinya yang mulai sakit-sakitan ditambah dengan ketidakpercayaan rakyat kepadanya membuatnya semakin terpojok. Ketika seluruh rakyat dan mahasiswa mulai melakukan demonstrasi besar-besaran untuk membubarkan PKI dalam 2 tahun terakhir serta pengaruh Soeharto dan AD yang semakin kuat membuat CIA yakin bahwa Soekarno akan segera menemui kejatuhanya.

Benar saja, pada tanggal 11 Maret 1966, Soekarno menanda tangani sebuah surat yang terkenal dengan nama Supersemar yang menandai penyerahan kekuasaan darinya kepada Soeharto. Surat tersebut yang resmi melengserkan Soekarno dari kekuasaanya dan menaikan Soeharto ke tampuk kekuasaan sebagai Presiden.

Pelantikan Soeharto menjadi Presiden. Sumber: nasional.okezone.com
Pelantikan Soeharto menjadi Presiden. Sumber: nasional.okezone.com
Keberhasilan Soeharto naik ke kursi Presiden dan hancurnya PKI adalah kemenangan besar bagi Amerika Serikat dan CIA. Karena selain berhasil mencegah pengaruh komunis semakin meluas ke wilayah Asia, Amerika Serikat juga berhasil menancapkan kakinya ke wilayah Indonesia yang dulu tidak bisa dilakukan selama Soekarno menjadi Presiden.

Dalam selang setahun semenjak Soeharto menjadi Presiden, Amerika Serikat berhasil menguasai tambang emas di Papua yang kelak akan bernama Freeport dan selama puluhan tahun lamanya, hubungan Indonesia dan Amerika Serikat serta blok barat lainya menjadi sangat harmonis yang menandai arah perubahan politik Indonesia dari timur ke barat.

Layaknya penembak sniper, CIA memang sangat sabar menunggu waktu dan momen yang tepat untuk "menembak jitu" Soekarno. Pada akhirnya Soekarno hanya menjadi bayang-bayang semata selama masa Orde Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun