Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hasil Perjuangan Itu Bernama: "Kampung Susun Tumbuh"

9 Oktober 2021   19:00 Diperbarui: 22 Oktober 2021   20:06 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya seperti pecah telor. Perjuangan panjang lebih dari lima tahun mulai menetaskan hasil. Kami tahu, menetas tak berarti sudah 100% berhasil, tapi masih ada jalan panjang untuk menumbuh dan mengembangkannya.

Di sinilah, tepatnya di lahan HPL 4 Cakung Jakarta Timur, akan dibangun sebuah kampung bersusun setinggi 5 lantai terdiri dari 79 unit. Siapa penguninya? Mereka adalah para warga eks-Kampung Bukit Duri yang tahun 2016 tergusur oleh proyek normalisasi sungai oleh sebuah rezim pemerintah. Mereka terusir tanpa dapat solusi, sejak dari itu hidup ‘terlunta’ dari satu kontrakan-ke-kontrakan.

Soal nama, kenapa tidak menggunakan istilah rumah susun,  melainkan Kampung Susun (Tumbuh)? Karena memang secara filosofis berbeda. Kata Kampung sengaja ada karena akan menghadirkan suasana kampung meskipun bangunannya bukan tapak, melainkan bersusun. Makna sosialogis kampung amat khas dengan masyarakat kita, di mana di dalamnya terkandung makna interaksi, kolaborasi, dan ngrumpi :). Perbendaharaan kata bahasa Inggris  tidak punya padanan untuk kata ‘kampung’. Artinya memang itu khas nusantara. Bahasa inggris bahkan kemudian  menyerap kata itu menjadi kosa baru yang ditulis dengan ‘kampong.’


Desain arsitektur tentu sangat berpengaruh dalam menentukan proses interaksi para penghuninya nanti. Dialah Yu Sing, sosok arsitek yang secara elegan mendedikasikan ilmu dan pengalamannya mendesain bangunan itu. Bahkan ada kata tumbuh, yang memungkinkan bangunan itu ‘tumbuh’ untuk mewadahi kebutuhan warga yang tentu saja juga akan tumbuh.

Ada mezanin yang disediakan untuk WFH dan bercengkrama (baca: ngrumpi ala kampung). Ada playround, kantor RT, TK, musholla, klinik, dan sebagainya. Banyak banget khan fasilitasnya? Ngalahin apartemen dech. Kalau di apartemen dijamin enggak bakalan ada kantor RT bukan?

Orang-orang yang berada dalam foto ini adalah aktor-aktor pejuang yang secara gigih mengadvokasi warga tergusur dan memperjuangkan hingga kampung baru itu ada. Romo Sandi, Mbak Vera, insinyur YunSing adalah sosok-sosok yang saya bangga bisa menjadi jembatan buat mereka untuk bergerak, berinteraksi dan mengawal kebijakan Gubernur Anies yang sejak awal berkomitmen mewujudkan janji politiknya menyediakan hunian layak secara setara bagi setiap warga.

Selamat buat warga Bukit Duri. Perjuangan dan pengorbanan kalian tak sia-sia. Jika tangis air mata yang kalian raungkan tahun 2016 adalah air mata penderitaan, maka tetes air mata yang kalian tumpahkan tahun 2021 ini adalah air mata  kebahagiaan. []

Baca Juga:

Perlawanan dari Kampung Pulo

Tanah Merah, Sebuah Awal Perburuan Suara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun