Di sinilah, tepatnya di lahan HPL 4 Cakung Jakarta Timur, akan dibangun sebuah kampung bersusun setinggi 5 lantai terdiri dari 79 unit. Siapa penguninya? Mereka adalah para warga eks-Kampung Bukit Duri yang tahun 2016 tergusur oleh proyek normalisasi sungai oleh sebuah rezim pemerintah. Mereka terusir tanpa dapat solusi, sejak dari itu hidup ‘terlunta’ dari satu kontrakan-ke-kontrakan.
Soal nama, kenapa tidak menggunakan istilah rumah susun, melainkan Kampung Susun (Tumbuh)? Karena memang secara filosofis berbeda. Kata Kampung sengaja ada karena akan menghadirkan suasana kampung meskipun bangunannya bukan tapak, melainkan bersusun. Makna sosialogis kampung amat khas dengan masyarakat kita, di mana di dalamnya terkandung makna interaksi, kolaborasi, dan ngrumpi :). Perbendaharaan kata bahasa Inggris tidak punya padanan untuk kata ‘kampung’. Artinya memang itu khas nusantara. Bahasa inggris bahkan kemudian menyerap kata itu menjadi kosa baru yang ditulis dengan ‘kampong.’