Ketika aku keluar dari ruangan Rini, aku melihat banyak staf di ruangan itu pura-pura sibuk berdiskusi di antara mereka. Aku tahu mereka ini sebenarnya penasaran, apakah aku jadi dipecat atau tidak. Mungkin saja mereka ini sudah memasang taruhan untuk kabar pemecatanku. Lama-lama kantor ini kulihat sudah menjadi toxic dengan urusan-urusan receh seperti ini.
Ketika mereka melihatku keluar dari ruangan Rini sambil tersenyum, merekapun paham kalau posisiku tetap aman sentosa.
"Hey, ngapain lu pada ngobrol-ngobrol di sini, hayu kerja, kerja, kerja! Kataku pada mereka.
"Iya pak, iya pak." Merekapun lalu bubar.
***
Siang itu aku lagi santai di Gramedia Melawai melihat-lihat buku, ketika aku mendengar suara lembut memanggilku, "Hai Rick, apa kabar?" aku menoleh ke samping, dan aku melihat sosok Martha berdiri di sampingku dengan senyum manis di wajahnya.
Kebetulan aku dan Martha ini punya satu hobby yang sama, yaitu membaca buku. Jadi sejak pacaran dulupun kami sering menyambangi toko buku, terutama pada hari libur seperti ini. Gramedia Melawai ini kemudian menjadi toko buku favorit kami sejak dulu. Apalagi Kawasan Melawai juga adalah pusat kuliner dan tempat nongkrong asik. Â
Aku terkesima melihat penampilan Martha. Ia mengenakan celana pendek jins dan tanktop berpadu sepatu kets. Penampilannya casual banget. Aku belum pernah melihatnya dengan penampilan casual begitu. Namun itulah hebatnya Martha ini, penampilan casual itu tidak mengurangi keanggunan yang selalu terpancar dari penampilannya.
Tiga bulan berlalu, aku sudah melupakan persoalanku dengan Martha. Aku tidak marah lagi kepadanya. Apalagi setelah menyelidikinya, aku kemudian tahu kalau ia tidak terlibat sama sekali dalam rekayasa pembelian alat berat dulu. Ah, yang lalu biarkan saja berlalu. Sekarang inipun aku lagi senang karena aku punya pacar baru.
"Hai Tha, kabar baik Tha. Wah aku dengar sekarang kamu sudah jadi Manager top, selamat ya Tha" kataku dengan ramah sambil menjabat tangannya.
"Hahaha, koq kamu tau?" tanyanya penuh selidik.Â
"Iya, bulan lalu aku ketemu dengan Pak Imam, beliau mentraktirku makan siang dan menceritakan semuanya. Ia juga minta maaf kepadaku soal penjualan alat berat itu. Trus katanya kamu udah pindah kerja ke tempat lebih bagus, dengan posisi lebih bagus juga, hehe"
"Trus, apakah permintaan maafku juga diterima?" jawabnya dengan sedikit manja.
Eits, aku menemukan sedikit keanehan pada sosok Martha sekarang ini. Walaupun kerjanya cekatan, sat-set, sat-set, tapi gaya dan tutur kata Martha ini selalu terlihat anggun. Sikap anggun itu membuat lelaki, bahkan aku sendiri sungkan untuk tidak bersikap sopan kepadanya.
Nada suara bergaya manja seperti barusan itu jelas akan menggetarkan sanubari setiap lelaki yang mendengarnya. Aku belum pernah melihatnya seperti itu. Bahkan ketika kami masih pacaran dulu!
Mungkin di tempat kerja baru ini, ia sering pergi karaokean dengan bos atau teman-temannya. Lalu suara manjanya itu terpengaruh dari para LC di situ, dugaanku.