"Kemarin aku sebenarnya sudah beli tiket ke Singapura. Aku nggak tau kenapa membelinya. Ternyata sewaktu tertidur di mobil, aku bermimpi. Di dalam mimpi itu, aku melihat kita lagi duduk berduaan di Orchard. Rupanya waktu aku pesen tiket ke traveloka, ya pas lagi mimpi itu, busett"
Aku tadinya memang hendak berangkat ke Singapura sore ini, langsung ketika tiba dari Jambi. Pak Alex, customer yang kujumpai di Jambi itu tidak jadi membeli peralatan baru.
Wah apes aku, rugi waktu dan ongkos ke mari, batinku. Daripada sia-sia, Pak Alex lalu kutawari Alat berat rekondisi ex Singapura. Kebetulan barangnya sudah ready di Pekanbaru.
Pucuk dicinta kelambu tiba. Rupanya Pak Alex cengli kalau membeli Alat berat rekondisi, karena proyek yang sedang ditanganinya itu, kontrak pekerjaannya cuma lima belas bulan.
"Mati gua bos kalau beli alat baru. Habis proyek, itu alat mau taroh mana? Kalau kontraknya dua setengah tahun aja, gua lebih untung beli baru, ya kan? Kata pak Alex padaku.
"Betul sekali pak Alex. Yah udah, nanti orang bapak survey dulu barangnya ke Pekanbaru. Periksa betul-betul, namanya juga barang rekondisi, tapi saya jamin barangnya bagus pak. Soal harga, nanti bapak cincai langsung sama pak Edwin, gak usah lewat saya. Pak Edwin ini orang Medan yang tinggal di Singapura. Orangnya baik pak."
"Hehe, lu kan bukan orang lain. Kita kan udah kenal lama. Udah, lu besok aja pulang Jakarta. Nanti malam kita happy-happy, karaokean dulu. Kemaren ada karaoke baru buka, *LC-nya cantik-cantik. Lu tau sendiri kan, kalau gua nyanyi sama LC cantik, utang kredit di bank juga bisa lupa, hahaha" Pak Alex tertawa ngakak sambil menepuk-nepuk pundakku.
Aku ngebatin, apa lucunya LC dengan utang di bank? Tapi karena "aku sedang jualan," maka aku wajib menghargai customerku. Aku lalu tertawa juga. Awalnya pelan lalu semakin kencang, setelah nemu triknya. Tawa pak Alex kini semakin seru. Perut gemuknya itu sampai terguncang-guncang dan air mata membasahi pipinya. Melihatnya, tawakupun semakin kenceng. Kali ini memang beneran! Hahahaha...
"Waduh terima kasih banyak Pak Alex. Saya mau juga dong nyanyi bareng LC cantik, tapi besok siang ada rapat besar di kantor. Nuwun sewu Pak Alex, mungkin lain kali ya pak," jawabku sambil membungkuk di hadapannya.
"Oke, oke lain kali, gua tunggu ya," katanya sambil memelukku.
"Ih najos dipeluk bapacks-bapacks buncit. Tapi gapapa, soalnya ia bakalan ngasih aku banyak cuan, eits... Â Â
 ***
Setelah check-out dari hotel aku segera menuju bandara. Tadi malam, setelah pak Alex setuju membeli alat berat rekondisi, aku segera menelfon pak Edwin untuk deal kebutuhan pak Alex.
Pak Edwin ini rekan bisnis lamaku juga.
"Ya sudah, you datang sini deh, kita ngobrol sambil makan kwetiau goreng seafood."
"Siyap bos, besok malam kita ketemu ya. Saya sudah langsung pesan tiket ini. Yang penting jangan ada dusta di antara kita,ok" kataku sambil tertawa.
Pembicaraan ringan ini adalah sebuah "pertanda keseriusan dalam berbisnis."
Kalau aku benar-benar datang menjumpainya ke Singapura, itu adalah pertanda aku serius ingin membeli barangnya. Soalnya banyak customer cuma tanya-tanya doang, padahal sebenarnya tidak berniat beli.
"Jangan ada dusta di antara kita," adalah permintaan saya terhadap jaminan barang dan komisi yang akan kuterima. Dalam berbisnis, aku selalu membiarkan pembeli dan penjual bebas bernegosiasi soal harga dan sistim pembayaran. Jadi aku hanya terima komisi dari penjual.
Dulu itu Pak Edwin ini pernah memberikan komisi yang kecil padaku. Aku tidak protes, tapi aku kemudian tidak pernah lagi belanja di tempatnya. Setahun berlalu, tapi ia beberapa kali melihatku makan kuetiau bersama kompetitornya yang lain.
Merasa gemes, ia kemudian menaikkan komisi penjualan bagiku. Sejak itu bisnis kami lancar jaya. "Lu memang sengaja mau buat gua miskin kan?" katanya sambil tertawa.
Ketika berada di dalam pesawat menuju Jakarta aku berpikir lagi. Mungkin sebaiknya aku ketemu pak Edwin hari Sabtu atau Minggu saja, di luar jam kantor. Aku tidak mau cari masalah, Rini sedang mengincarku. Besok pagi ada rapat besar. Aku harus membuat laporan perjalanan ke Jambi ini dan juga laporan-laporan yang belum kuselesaikan.
Manalagi kontrak penjualan peralatan dari kantor gagal maning. Namun bukan salah customer juga. Soalnya kontrak pekerjaanya jangka pendek, jadi customer tidak mau beli alat baru.
Tidak ada rotan akar pun jadi. Tidak dapat komisi dari kantor, ya sudah aku minta komisi dari Singapura saja, hehe. Lha aku koq jadi kayak pejabat BUMN Konoha ya, perusahaannya rugi tapi pejabatnya bisa jalan-jalan ke Singapura. Dapat komisi lagi! Hahahaha... Â
***
"Rick, aku serius! Aku kangen, kangen banget sama kamu." Suara Jenny terus hadir di telingaku.
Setelah menenangkan diri, aku berkata, "Jen aku juga kangen banget sama kamu sayang. Kemarin aku sebenarnya sudah beli tiket ke Singapura. Aku nggak tau kenapa membelinya. Ternyata sewaktu tertidur di mobil, aku bermimpi. Di dalam mimpi itu, aku melihat kita lagi duduk berduaan di Orchard. Rupanya waktu aku pesen tiket ke traveloka, ya pas lagi mimpi itu, busett"
"Hahaha, bangke! Beneren kamu sudah beli tiket?" terdengar suara tawa dari balik telfon.
"Bener! Boardingnya sejam lagi. Aku tinggal pindah terminal aja. Tunggu ya sayang, ntar malam kita makan kuetiau goreng seafood**, berduaan aja, just you and me, ok?"
"Riiiick...duuuuh...i'm speechless thanks Rick." terdengar suara Jenny separuh menjerit.
Lalu, bagaimana dengan rapat besok? Bagaimana dengan laporan perjalanan dinas? Bagaimana dengan bu Rini? Ah, biarkan saja semuanya itu. Aku tidak peduli. Ada urusan lebih penting. Ini urusan cinta sejati. Trus kalau bu Rini marah? Ya biarkan sajalah, nasibnyalah itu bro...
Senja sudah tertidur di pelukan malam ketika aku akhirnya tiba di lobby hotel Four Seasons. Ketika di dalam pesawat, aku masih bisa tertidur nyenyak. Tetapi dalam perjalanan dari Changi ke Orchard jantungku selalu berdebar-debar. Perasaanku campur-aduk penuh rindu-dendam, rindu kepada Jenny dendam kepada Rini.Hiks!
Ketika hendak melangkah ke resepsionis, terdengar jeritan kecil, "Riiiick." aku melihat ke arah suara tersebut. Ada Jennyku. Kami segera berpelukan dengan erat,"i miss you so much" terdengar suara lirih di telingaku. Â Aku tidak menjawabnya, kukecup pipinya dengan lembut lalu kupeluk ia dengan erat. Aku tidak punya kata-kata untuk diucapkan.
Seribu kata dan puisi indah takkan cukup untuk mengungkapkan perasaan hatiku yang selama ini tersembunyi jauh di dalam relung hatiku yang gelap. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta beneran dan aku tidak punya sepatah katapun untuk mengungkapkannya. Biarlah, aku hanya ingin merasakan dan menikmatinya saja. Cinta terkadang tak perlu kata, hanya rasa.
Ketrangan,
* LC, Di karaoke, LC adalah singkatan dari Lady Companion, yang merujuk pada perempuan yang bekerja sebagai pendamping untuk menghibur dan menemani tamu bernyanyi di tempat karaoke. Tugas mereka adalah menciptakan suasana yang meriah dan menyenangkan dengan bernyanyi bersama pelanggan serta memberikan pelayanan yang menghibur.
Â
** Dalam konsep pak Edwin, makan kuetiau goreng seafood berarti orangnya datang beneran ke Singapura. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI