Aku ingin hubungan yang realistis saja. Aku kapok di-pehape. Aku kemudian berkata kepada Maya, "kita memang pacaran, tapi untuk sementara hubungan ini di-pending saja dulu. Gak usah janji apa-apa May. Aku akan sangat bersyukur kalau nanti sepulang dari Australia, hubungan ini bisa berlanjut lagi. Namun kalaupun tidak, aku akan ikhlas menerimanya."
"Koq harus gitu sih Bram, banyak juga orang yang LDR-an, dan tetep baik-baik aja."
"Aku sih kapok kena pehape. Kedua juga agar tidak menjadi beban bagi kita berdua May. Ketiga, bisa menjadi ujian bagi kita, sekuat apa sih perasaan kita masing-masing. Kalaupun nanti kita ternyata gagal, yah ga papa, tidak ada rasa sakit hati lagi."
"Ah aku sih gak mau gitu. Ini kan cuma sebentar aja. Aku sayang banget sama kamu Bram. Justru seharusnya kita buat janji setia, buat cincin kembar kek, atau apa yang bisa jadi penyemangat buat kita berdua. Atau jangan-jangan kamu punya pacar lain Bram?"
"Ya, enggak lah! Kalau aku digigit anjing gila dan kemudian terkena rabies, barulah aku berpikiran untuk selingkuh. Apa kamu gak tau kalau aku itu bangga banget pacaran sama kamu sayang?"
Maya menatapku dalam-dalam dengan rasa bangga.Â
"Atau kita kawin aja yuk. Aku resign lalu ikut kamu ke sana. Aku kan pernah tinggal di sana dan punya beberapa teman yang bisa bantu cari pekerjaan yang bagus.
"Hah! Enggak ah! Aku baru 23, mau seneng-seneng dulu. Mungkin lima tahun lagi baru mikirin nikah!
"Ya ampun May, sekarang atau lima tahun lagi apa bedanya. Sekarang aku 28, lima tahun lagi artinya kan 33, lama banget May?"
"Ya udah kalo gitu, kelar sekolah dua tahun lagi baru kita putuskan kayak apa, ok?"
***