Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benarkah Jalan Tol Jokowi Tidak Aman?

13 November 2021   17:15 Diperbarui: 13 November 2021   17:19 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar seorang pengemudi bis, sumber: tribunnews.com

Berkendara di jalan aspal (Flexible Pavement) khususnya dengan kendaraan berbobot ringan, terasa lebih nyaman bila dibandingkan dengan jalan beton (Rigid Pavement)

Konstruksi jalan aspal sendiri terdiri dari beberapa lapisan seperti Lapisan Permukaan (surface course) Lapisan Pondasi Atas (Base Course) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course) dan Lapisan Tanah dasar (Sub Grade Course) yang membuat jalan aspal ini fleksibel dan nyaman dikenderai.  

Di atas surface course (kalau di proyek Pak Bupati jarang dilakukan) dipasang lagi suatu lapis penutup/lapis aus (Wearing Course) Fungsinya adalah untuk mencegah masuknya air ke dalam surface course dan membuat "kesat" (Skid Resistance) di atas permukaan jalan.

Faktor "kesat" inilah yang menjadi pembeda utama pada saat kita melakukan panic brake (pengereman mendadak) di jalan raya/tol. Jalan aspal akan memberikan jarak yang lebih pendek daripada jalan beton, dengan situasi/kondisi dan kenderaan yang sama pula! Ini karena faktor skid resistance tadi, dimana ban dan aspal akan saling mencengkram dengan kuat.

Contoh paling gampang bisa kita lihat pada balapan MotoGP ketika pebalap melibas cornering speed. Sudut kontak ban (sudut dinding ban) dengan aspal sangat tipis, tapi motor tidak tergelicir. Ini karena faktor skid resistance tadi. Hal ini tidak akan kita dapatkan pada jalan beton karena sifatnya yang rigid itu.

Kalau mobilnya sudah diperlengkapi dengan fitur active safety seperti ABS (Anti-Lock Braking System) EBD (Electronic Brake Force Distribution) dan BA (Brake Assist) maka pengendalian mobil akan semakin mudah.

Inilah yang harus selalu diingat oleh semua pengendara di jalan tol. Akibat sifat rigid-nya itu, jarak pengereman di jalan beton akan semakin jauh apabila kondisi jalan dalam keadaan basah pada saat hujan.

Dengan demikian, apakah jalan tol yang ada sekarang ini tidak layak untuk dilalui? Tentu saja layak sebab pembuatan jalan tol tersebut sudah melalui studi kelayakan dan pengujian yang ketat.

Jalan beton mampu menahan beban dari kenderaan bermuatan berat. Lebih tahan terhadap banjir dan genangan air. Dan yang paling penting bisa digunakan pada struktur tanah jenis apapun tanpa harus memperbaiki struktur tanah tersebut terlebih dahulu.

Yang penting pengendara taat kepada aturan yang berlaku, menjaga jarak dan kecepatan maksimal adalah 100 Km/jam.

Kalau mengacu pada kecelakaan yang menimpa selebriti VA dan suaminya itu, jelas-jelas faktor jalan betonnya harus diabaikan!

Aneh, orang awam mengkaitkan kecelakaan itu dengan konstruksi jalan. Padahal dalam kasus kecelakaan tunggal tersebut tidak ditemukan bekas rem sama sekali pada permukaan jalan. Artinya pengemudi memang benar-benar dalam keadaan "mati suri" atau "halu" ketika insiden itu terjadi.

Kecepatan manusia (pengemudi Pajero sport) untuk bereaksi terhadap suatu peristiwa ternyata "kalah cepat" dengan kecepatan insiden itu. Kitapun akhirnya bisa menebak berapa kecepatan mobil sebenarnya pada saat insiden itu terjadi.

Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap suatu kecelakaan. Pertama, kondisi alam. Kedua faktor kenderaan dan ketiga faktor manusia (pengemudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun