Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Roro Mendut (Bagian Terakhir)

30 Agustus 2017   09:11 Diperbarui: 31 Agustus 2017   06:33 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak berapa lama kemudian Krisna membuka matanya. Pikirannya sudah tenang, bahkan kini sangat tenang dan mantap. Krisna lalu mendekat kepada Roro Mendut dan berkata dengan lembut, "Dinda, aku sangat beruntung dan tersanjung mengenalmu. Dulu aku bukan siapa-siapa sampai kamu kemudian datang untuk membuka mataku, dan memberiku arti dari sebuah cinta. Aku tak ingin berbohong padamu. Aku takut, bingung dan tak tahu harus bagaimana. Tapi satu hal yang aku yakini, aku sangat mencintaimu dan ingin selalu bersamamu, hidup atau pun mati...." Sambil menutup matanya Krisna lalu mengecup kening Roro Mendut dengan lembut. Terlihat dua titik air pada sudut matanya.....

Roro Mendut lalu memeluk Krisna dengan erat. Dia memang tidak salah pilih! Jejaka Milenial ini memang sangat berbeda dengan "lelaki pejantan" pada zamannya. Lelaki Milenial sepertinya lebih romantis, lembut dan lebih menghormati kaum perempuan. Sejak pertama kali Krisna mengukir wujudnya pada kayu keramat itu, Roro Mendut selalu mengamati dengan kagum wajah dan kepribadian Krisna. 

Tanpa disadarinya, hal itu malah membuatnya jatuh cinta kepadanya dan kehilangan segala kesaktiannya. Akan tetapi ucapan tulus Krisna tadi jauh lebih berarti dari kesaktian itu sendiri. Itulah yang dicarinya selama ini. Roro Mendut dan perempuan sezamannya mustahil mendengar kata-kata indah seperti yang diucapkan oleh Krisna tadi....

"Ah.. selama ini aku berjuang menembus ruang dan waktu untuk mencari seorang lelaki yang bisa kucintai dan sekaligus benar-benar mencintaiku apa adanya. Kini aku sudah mendapatkannya. Lalu apalagi yang harus kukhawatirkan..? bisik Roro Mendut dalam hatinya. Hidup itu fana dan akan berakhir. Tetapi cinta akan tetap abadi menembus ruang dan waktu untuk selalu kembali kepada pemilik sejatinya....

Tidak perduli apakah mereka masih akan bersama seratus tahun lagi, ataukah akan terpisah esok hari, kini Roro Mendut tidak terlalu perduli lagi. Yang penting mereka dapat menikmati kebersamaan mereka selagi ada waktu...

***

Dinginnya udara pagi yang berkabut seketika menyergap perut Krisna yang terbuka. Dengan mata yang separuh tertutup Krisna lalu berusaha meraih kaos oblong dan sarungnya di bawah ranjang. Dinginnya lantai semen ketika tersentuh jemari tangan segera menyadarkannya. Pakaiannya tidak ada disitu!  Sontak Krisna duduk diatas ranjang. Ternyata sarungnya berada di kaki ranjang, sementara kaosnya berada disamping lemari pakaian. Mungkin beberapa kali "tertawa cekikikan" membuat kos itu menyingkir jauh bisik Krisna geli. Dia lalu mengenakan pakaiannya itu...

Tiba-tiba Krisna terkejut. Ukiran relief kayu yang dicarinya itu kini tergantung pada dinding kamar! Seketika bulu kuduknya berdiri. Tetapi dia kemudian  mengeraskan hatinya untuk menatap dalam-dalam kepada relief yang diukirnya tersebut. Ternyata Roro Mendut sudah terbangun juga.

"Kang mas, waktunya sudah dekat. Kini mereka sudah mengetahui keberadaan kita melalui ukiran relief kayu yang kang mas ukir ini. Sebentar lagi mereka akan tiba disini. Aku ingin bertanya sekali lagi kepadamu, dan mohon dijawab dengan serius. Apakah kang mas benar-benar yakin mencintaiku dan ingin selalu bersamaku, hidup maupun mati?." Roro Mendut bertanya dengan wajah serius.

"Kang mas, kalau sekiranya kang mas tidak yakin mencintaiku, maka sekaranglah saatnya bagi kang mas untuk pergi. Aku berjanji padamu, mereka tidak akan pernah dapat menemukanmu kalau sekiranya kang mas meninggalkan rumah ini dan berjanji tidak akan pernah kembali lagi ke daerah ini. Satu hal lagi, kita juga tidak akan pernah bisa bertemu lagi, dan kang mas akan segera melupakan wajahku untuk selamanya...."

"Dinda, aku tidak berbohong ketika mengatakan aku sangat mencintaimu dan ingin selalu bersamamu hidup maupun mati. Itu bukan hanya untuk semalam atau hari ini saja, tetapi untuk selamanya sayang. Dan kalau sekiranya aku berbohong, kamu pasti akan segera mengetahuinya juga kan?" jawab Krisna serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun