Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terima Kasih Hok Buat "Mulut Comberan" Lo...

19 April 2017   18:48 Diperbarui: 19 April 2017   19:02 2277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Megapolitan - Kompas.com

Kini warga dijajah dengan segala macam “bungkus” kemunafikan untuk menutupi segala kebodohan. “Taring tajam tersembunyi dibalik bibir manis. Air liur keserakahan tersembunyi dibalik bahasa santun. Kuku cengkraman tersembunyi dibalik daster putih bersih...” Kini warga digiring kembali ke jaman kolonial. Tetapi kini terasa tragis. Dulu para inlander buta huruf itu “tidak makan sekolahan,” sehingga gampang digiring untuk melakukan kebodohan. Kini inlander “melek aksara” itu malah senang diajak “bertamasya” ke Jakarta....

Puluhan tahun yang lalu, guru-guru dari negeri ini berangkat ke negeri jiran untuk mendidik murid-murid jiran tersebut agar menjadi pintar. Sebagian dari mereka kemudian menetap dan menjadi warga negeri tersebut. Puluhan tahun kemudian murid-murid dari negeri ini berangkat ke negeri jiran tersebut untuk menuntut ilmu, karena didalam negeri mereka diajarkan untuk tawuran, menghajar junior atas nama disiplin, atau berdemo anarkis sambil membakar ban bekas....

Dulu pengungsi Vietnam ditampung pemerintah di pulau Galang dekat Batam. Puluhan tahun kemudian para pebisnis negeri ini, yang tidak tahan lagi dengan segala macam “praktek penjajahan” didalam negeri, akhirnya mengungsikan pabrik-pabrik mereka ke Kawasan Industri Vietnam yang ramah terhadap para investor asing.

Lalu kita bertanya, apa yang terjadi kepada negeriku tercinta ini? Orang lalu berkata, di negeri ini banyak pemimpin maling, koruptor, makelar dan bandit. Lalu berdirilah KPK. Mungkin sebentar lagi kualitas para pemimpin akan semakin baik. Tetapi melihat kepada apa yang terjadi kepada nasib Ahok akhir-akhir ini, semakin membuka mata saya... ada sesuatu hal besar yang akan selalu membuat rakyat negeri ini tidak bisa move-on sebagai rakyat yang merdeka, sama seperti tetangga-tetangganya yang sudah lebih dulu maju.  

Ketika melihat orang memboikot “sari roti” dan menginjak-injak “roti malang” tersebut, kita lalu sadar. Walaupun sudah puluhan tahun merdeka, ternyata kita masih hidup di jaman kegelapan yang membutakan, bukan saja kepada mata penglihatan, tetapi juga hati nurani dan harga diri sebagai seorang manusia ciptaan Tuhan.

Terima kasih koh Ahok atas “mulut comberannya” sehingga saya dapat melihat realita yang terjadi para rakyat di negeri ini. “Mulut comberan Ahok” ini mampu menjadi screen yang bisa memisahkan rakyat yang merdeka dengan rakyat yang masih hidup dalam cengkraman penjajahan, bukan oleh asing, tetapi oleh bangsanya sendiri!

Pembangunan infrastruktur, kebijakan ekonomi, pendidikan formal, reformasi perizinan atau tax amnesty tidak akan cukup untuk membuat negeri ini menjadi maju, sejajar dengan negeri-negeri lain. Kebutuhan utama kita adalah kemerdekaan, dimana setiap rakyat bebas dari rasa takut, intimidasi atau tekanan dari siapapun atas hak dan kewajibannya sebagai seorang warga negara, dan sekaligus juga mampu menghargai hak dan kebebasan setiap warga yang lain dalam keberadaannya sebagi seorang warga negara Indonesia. Untuk mewujudkannya adalah tanggung jawab kita bersama juga.

Apa pun itu, terima kasih banyak untuk Ahok-Djarot yang telah bekerja keras selama ini untuk memerdekakan rakyat Jakarta. Walau bagaimanapun Ahok-Djarot telah berhasil membuat suatu benchmark, standar pelayanan yang akan dipakai warga untuk menilai tingkat pelayanan dari siapapun pemimpin-pemimpin Jakarta kelak.

Selamat juga saya ucapkan kepada pasangan Anies-Sandiaga atas keberhasilannya menjadi gubernur yang baru. Semoga semua hal baik yang telah dicapai oleh Ahok-Djarot sebelumnya dapat ditingkatkan atau setidaknya dipertahankan oleh pasangan Anies-Sandiaga. “Pesta telah usai” jadi sebaiknya segala hoax maupun perselisihan di sosmed segera diakhiri juga.

Salam hangat,

Reinhard Freddy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun