Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malin Kundang, The Untold story

1 Juni 2016   16:26 Diperbarui: 1 Juni 2016   17:14 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isteri Malin Kundang terperanjat! Ternyata bukan cuma dia seorang yang “mengelus” tato itu, ada wanita lain, sudah tua pula! Lalu dia berkata kepada suaminya, “Darling, jangan-jangan betul dia ibumu?”

“Hah, tidak! Dia seorang penipu! Teriak Malin Kundang, lalu dia mendorong ibu tua itu sehingga terjatuh dan berteriak, “Pergi engkau nenek tua busuk penipu!”

Kemudian orang-orang itu mendorong ibu tua itu dan mengusirnya pergi.

Nenek tua itu kemudian pergi dengan hati yang pilu, lalu mengutuk Malin Kundang menjadi batu. Bukan batu bacan, tetapi batu beneran segede orang!

***

Diatas yacht tak jauh dari pantai, Malin Kundang termenung, “benar dia ibuku, kurang ajar si Fahrizal bilang ibuku sudah mati!”  

Dia lalu bertelepon, “Tangkap si Fahrizal itu, jadikan dia rendang atau dendeng balado!” teriaknya dengan garang...

Tidak lama kemudian, terjadi badai yang hebat. Mesin kapal rusak dan terbakar. Kapten kapal sudah memindahkan semua penumpang ke-sekoci, mereka tinggal menunggu Malin Kundang. Malin Kundang tidak mau pergi dari kapal. Kapal itu belum di-asuransikan dan dia akan berusaha menyelamatkannya.

Akan tetapi badai semakin ganas dan menghempaskan kapal itu ke pantai. Malin Kundang terhempas, dan seketika berubah menjadi batu. Bukan batu bacan, tetapi batu beneran segede orang!

Reinhard Freddy

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun