Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malin Kundang, The Untold story

1 Juni 2016   16:26 Diperbarui: 1 Juni 2016   17:14 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : www.ceritabahasainggris.net

Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un! Malin Kundang menangis, talambek sudoh salamonyo!

Malin Kundang “duduak tamanuang”, sudah tujuah baleh tahun dia tidak pulang kampung, ternyata perpisahan di Teluk bayur itu adalah perpisahan selamanya dengan ibunya. Sekarang dia menyesal karena tidak berkesempatan lagi menunjukkan kepada ibunya bahwa dia kini telah berhasil “menjadi orang”

Waktu berlalu, Malin Kundang sudah lupa akan ibunya. Kini dia sudah semakin kaya. Dia baru pulang berlibur dari Australia dengan keluarganya. Disana dia mencoba yacht yang bagus, dan dia kemudian membelinya untuk menggantikan kapal lama yang diparkirkannya di Marina.

Malin Kundang teringat akan kampuang halamannya. Dia akan pulang kampuang dengan yacht barunya, dia akan mengajak seluruh keluarganya kesana. Banyak sekali urang awak yang mendukung dia agar mau menjadi Gubernur Sumatera Barat, dan dia akan sekalian melihat-lihat dulu suasana disana.

Hari minggu yang cerah, yacht mewah itu baru saja berlabuh di pelabuhan Teluk bayur. Para penduduk berkerumun hendak melihat orang kaya yang juga balon Gubernur itu.

Malin Kundang  merasa sedikit terganggu oleh “bau” penduduk itu. Dia juga masih merasa sakit hati karena dulu ketika dia masih miskin, orang-orang itu suka menghina dan mengusirnya. Seketika dia merasa tidak suka dan benci! 

Dia ingin segera pergi dari situ, apalagi banyak ibu-ibu tua berusaha memeganginya karena terkagum-kagum kepadanya.

Tiba-tiba seorang ibu tua menyeruak dari kerumunan orang itu dan meraih tangannya, “Ya Allah, anakku Malin Kundang, ini ibu nak..”

“Hah, siapa kamu? Ibuku sudah lama mati!” kata Malin Kundang sambil mengibaskan tangan ibu tua itu. “Siapa dia sayang?” isteri Malin bertanya.

“Ini dia kalau orang kampung! Kalau lihat orang kaya suka ngaku-ngaku jadi ibulah, saudaralah!” kata Malin Kundang sambil mengajak isterinya pergi.

“Ya Allah, aku ibu yang melahirkanmu anakku! Dipantat kirimu ada tato mawar, dipantat kananmu ada tato duri! Aku tidak mungkin salah mengenalimu!” kata ibu itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun